EmitenNews.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan beberapa kejadian dunia yang sifatnya negatif dan insidental seperti perang Ukraina sebenarnya hanya berfungsi sebagai pendorong dan peringatan. Bukan penyebab utama terganggunya arus perdagangan komoditas yang menyebabkan inflasi tinggi di berbagai belahan dunia saat ini.


Oleh karena itu saat tampil sebagai salah satu pembicara di panel diskusi World Economic Forum 2022 yang berlangsung di Davos, Swiss, Selasa (24/5) ia menekankan perlunya penataan ulang perdagangan komoditas dunia.


"Indonesia sudah sejak lima tahun lalu menyatakan bahwa perdagangan komoditas dunia perlu ditata ulang karena struktur dan sistem yang dominan saat ini lebih banyak dampak buruknya dibandingkan manfaatnya. Khususnya bagi masyarakat di negara berkembang besar seperti Indonesia, Brasil, India, dan Tiongkok," kata Mendag dalam diskusi bertema "Absorbing Commodity Shocks".


Menurutnya yang dibutuhkan saat ini adalah perubahan mentalitas dalam memandang perdagangan bebas dunia sebagai lokomotif yang tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor non ekonomi.


Seperti diketahui konsep yang dikenal dengan ESG (environment, sustainability, and governance) saat ini menjadi ukuran pertama dan utama bagi investor dalam menanamkan modalnya. Konsep ESG adalah pembangunan ekonomi berbasis pemeliharaan lingkungan, pembangunan yang berkesinambungan, dan tata kelola.


"Kami di Indonesia percaya bahwa komitmen penuh terhadap ESG menciptakan platform untuk membangun rasa saling membutuhkan dan saling percaya antara semua negara di dunia," kata Lutfi.


Tapi Indonesia tidak tinggal diam melihat beragam hambatan terhadap perdagangan dan perekonomian dunia. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN yang memiliki total populasi 600 juta orang saat ini bersama-sama 9 negara ASEAN lainnya berkomitmen menghilangkan kendala perdagangan antar-negara ASEAN sebagai kontribusi nyata ASEAN dalam meringankan beban perekonomian dunia saat ini. Hal tersebut dilakukan sambil 10 negara ASEAN saling mendukung dalam menerapkan konsep ESG di masing-masing negara.


"Selanjutnya dengan komitmen penuh ASEAN dalam penerapan ESG, kami berharap perekonomian ASEAN bisa semakin terintegrasi ke dalam rantai pasok utama dunia (main global supply chain)," tegas Mendag.


Singkatnya, tegas Lutfi, ESG justru akan menjadi katalis sekaligus peluang untuk negara berkembang menjadi negara maju.


Pertemuan tahunan WEF adalah agenda reguler utama bagi Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi setiap tahunnya. Sebaliknya Mendag Lutfi adalah tokoh nasional yang paling sering diundang sebagai pembicara di berbagai panel diskusi WEF setiap tahun.


Pada tahun 2008 Muhammad Lutfi adalah salah satu orang Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan Young Global Leaders bersama-sama dengan tokoh muda dunia lainnya seperti kedua pendiri Google, Larry Page ,dan Sergei Brin dari dari World Economic Forum.(fj)