Gaji tidak berhubungan dengan kaya. Dan belum tentu juga seseorang dengan gaji yang besar, memiliki keuangan yang sehat. Ada beberapa hal yang menjadikan seseorang memiliki keuangan yang sehat. Untuk mudahnya, berikut adalah 5 ciri dari keuangan yang sehat, yang belum tentu dipengaruhi oleh besaran gaji.


1. Memiliki pengeluaran yang lebih kecil dari penghasilan


Memiliki penghasilan adalah hak setiap individu. Tapi bagaimana kita mengelolanya, yang akan menentukan apakah keuangan yang dimiliki sehat atau tidak. Salah satu penanda awal keuangan yang tidak sehat adalah dengan lebih besarnya pengeluaran daripada penghasilan. Sehingga, ada kecenderungan untuk meminjam ke orang lain, atau gali lubang tutup lubang. Biasanya hal ini disebabkan oleh besarnya gaya hidup. Alih-alih menurunkan atau menyesuaikan gaya hidup dengan pendapatan yang ada, seseorang cenderung menutupinya dengan utang, atau memaksa memenuhi gaya hidupnya dengan bantuan kartu kredit. Alhasil, setiap bulan hanya mampu membayar cicilan minimal.

Cara termudah untuk bisa mengelola keuangan adalah dengan memiliki pos-pos keuangan, membuat budget yang sesuai dengan kemampuan, mencatat semua pengeluaran dan disiplin dalam menerapkan pos-pos keuangan tersebut.


2. Memiliki dana darurat


Dana darurat adalah dana yang dipersiapkan untuk mengantisipasi pengeluaran yang tidak terduga, atau pengeluaran yang terjadi di luar dari biaya bulanan rutin. Meski sangat penting, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki dana darurat.

Contoh misalnya pemutusan hubungan kerja, sakit yang menyebabkan terputusnya penghasilan, keluarga yang tertimpa kemalangan sehingga membutuhkan bantuan finansial, kulkas yang mendadak rusak, genteng bocor dan lain-lain yang tidak dicover oleh asuransi.

Adapun besaran dana darurat adalah sebagai berikut: 

a) Single tanpa tanggungan: 6 bulan gaji
b) Single dengan tanggungan atau pasangan menikah belum memiliki anak: 8-9 bulan gaji
c) Pasangan menikah yang sudah punya anak: 12 bulan gaji, dengan asumsi uang sekolah anak akan selamat untuk 12 bulan ke depan, kalau terjadi apa-apa dengan pendapatan orang tua.

Simpanlah dana darurat di tabungan yang terpisah dengan tabungan utama, agar tidak tercampur untuk kebutuhan pengeluaran rutin.


3. Memiliki BPJS dan asuransi kesehatan


Asuransi dan BPJS kesehatan sama-sama penting. Memiliki asuransi adalah untuk mengurangi kekhawatiran. Khawatir biaya berobat yang besar, khawatir akan penghasilan yang hilang karena sakit, khawatir akan antrian atau ketidaknyamanan lain.

Meski sudah memiliki BPJS, tidak ada salahnya tetap menambah asuransi swasta sebagai pilihan. Ada hal-hal yang tidak semuanya dicover oleh BPJS bisa dilengkapi oleh asuransi swasta, dan juga sebaliknya. Seperti misalnya ada nilai tunai yang bisa diberikan setiap hari per perawatan, kenyamanan tidak perlu menunggu antrian dalam pemeriksaan laboratorium, upgrade kamar rawat inap yang nyaman, dan lain-lain.

Keberadaan asuransi swasta adalah untuk melengkapi, apa yang tidak bisa diberikan oleh BPJS. Apalagi kalau Anda adalah seorang tulang punggung keluarga, maka kepemilikan asuransi jiwa adalah wajib, karena ada orang-orang yang sangat bergantung pada Anda.


4. Memiliki utang tidak melebihi 40% dari pendapatan


Utang adalah salah satu cara untuk memperpanjang tangan dalam memiliki aset. Ada 2 jenis utang, yaitu utang yang produktif dan utang yang konsumtif.
Misal untuk memiliki rumah yang harganya tidak terjangkau kalau dibeli secara tunai, maka salah satu solusinya adalah dengan melakukan cicilan terhadap bank pemberi kredit. Bank hanya kan menyetujui pinjaman, apabila cicilan maksimum yang bisa dibayarkan adalah sebesar 40% dari total pendapatan. Dan sudah termasuk apabila Anda memiliki cicilan kendaraan atau cicilan lain.

Pahamilah bahwa memiliki utang tidak selamanya buruk, kalau kita tahu bagaimana batasannya. Tapi kalau misalnya Anda memiliki tagihan kartu kredit, dan cicilan kendaraan bermotor lebih dari 50%, maka Anda memiliki kondisi finansial yang tidak sehat.