EmitenNews.com - Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) pukul 15.25 WIB, meninggalkan kabar duka. Sedikitnya, 13 jiwa meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka, serta 900 orang lebih terpaksa mengungsi. Medan yang sulit membuat aparat kesulitan melakukan evakuasi. Semburan awan pekat juga membuat genangan lumpur, selain menyebabkan wilayah sekitar gelap gulita.


Pelaksana Tugas (Plt) Kapusdatin BNPB Abdul Muhari menjelaskan, per Minggu (5/12/2021) pukul 06.20 WIB, terdapat 13 korban jiwa akibat bencana erupsi Gunung Semeru. Namun, dari 13 korban itu baru dua jenazah yang berhasil teridentifikasi.  Pertama, atas nama Poniyim 50 tahun, dari Curah Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, dan Pawon Riyono. "Jadi 13 orang korban ini merupakan update langsung dari lapangan dari Bapak Kepala BNPB," ujarnya.


Mengutip data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Abdul Muhari menyebutkan, terdapat 902 warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru itu. Para pengungsi itu tersebar di beberapa titik kecamatan. Sebanyak 305 orang mengungsi di beberapa fasilitasi pendidikan dan balai desa di Kecamatan Pronojiwo.


Lokasi tersebut adalah SDN Supiturang 04, adai kurang lebih 80 orang pengungsi, dan di Masjid Baitul Jadid Dusun Supiturang, 50 orang pengungsi. Lalu, di SDN Oro-Oro Ombo 3, kurang lebih 20 orang, SDN Oro-Oro Ombo 2 ada 35 orang. Kemudian di Masjid Permukiman Dusun Kampung Renteng Desa Oro-oro Ombo, 20 orang, Balai Desa Oro-Oro Ombo 40 orang, Balai Desa Sumberurip, 25 orang, SDN Sumberurip 2 sebanyak 25 orang).


"Sebagian lagi warga masyarakat mengamankan diri di rumah keluarganya di sekitar ketinggian Dusun Kampung Renteng dan Dusun Sumberbulus, Desa Oro-Oro Ombo," kata dia.


Kemudian, terdapat 409 orang pengungsi yang tersebar di lima titik balai desa di Kecamatan Candipuro. Di Balai Desa Sumberwuluh, Penanggal, Sumbermujur, Dusun Kampung Renteng, dan Dusun Kajarkuning. Sebanyak 188 orang mengungsi di empat titik yang terdiri dari rumah ibadah dan balai desa di Kecamatan Pasirian.


Rinciannya, di Balai Desa Condro, Pasirian, Masjid Baiturrahman Pasirian, dan Masjid Nurul Huda Alon-Alon Pasirian.


Sementara itu, dalam keterangannya kepada wartawan Ahad (5/12/2021), Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawai menjelaskan, ada 10 warga Dusun Curah Kobokan yang terjebak. Upaya evakuasi terkendala kondisi medan pascaerupsi Gunung Semeru, yang dipenuhi lumpur.


"Ada 10 orang yang belum bisa dievakuasi karena lokasinya agak sulit. Mobil tidak masuk lokasi karena lumpur sampai lutut," kata Bunda Indah, sapaan karib orang kedua di Kabupaten Lumajang itu.


Bunda Indah mengatakan, petugas berkoordinasi dengan komunitas pengguna Jeep untuk melakukan evakuasi korban tersebut. Dia berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan helikopter agar mempercepat proses evakuasi warga yang posisinya sulit untuk ditembus melalui jalur darat.


Data pemerintah Kabupaten Lumajang, menyebutkan, sekitar 300 warga Dusun Curah Kobokan sudah mengungsi di Balai Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Dusun Curah Kobokan termasuk wilayah paling parah terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. Bunda Indah menyatakan, hampir semua rumah di Curah Kobokan, hancur. Sebagian besar warga mengungsi di Balai Desa Penanggal. ***