EmitenNews.com - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO) berganti jubah menjadi Bank Raya. Itu menyusul persetujuan pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Selain itu, pemegang saham juga merestui rencana rights issue untuk menjadi bank digital, dan membangun infrastruktur keuangan digital.


Membangun infrastruktur keuangan digital dan gig economy, butuh transformasi secara benar, dan objek jelas. Itu menjadi dasar perusahaan membangun pondasi keuangan kuat untuk model bisnis baru. ”Kami akan menerbitkan 2,15 miliar lembar saham kala rights issue,” tutur Direktur Utama bank Agroniaga Kaspar Situmorang, Senin (27/9).


Rencana Bank Raya menjadi bank digital telah mendapat lampu hijau dari OJK. Identifikasi nasabah dilakukan menggunakan biometrik, tanpa melalui video call dengan customer service. Itu penting, dan membuka pintu akselerasi meningkatkan jumlah nasabah baru. ”Perbankan dulu menyasar korporasi kini fokus pada customer experience tanpa mengandalkan sistem bank lawas,” tegasnya. 


Di tengah rencana aksi korporasi ini, raksasa ride hailing Asia Tenggara Grab dikabarkan sedang mengincar kepemilikan saham Bank Agroniaga. Sebagai bank digital, Bank Raya membuka kesempatan perusahaan financial technology (fintech), dan perusahaan teknologi untuk menjadi house of fintech. Selain itu, kerja sama tersebut juga sebagai bekal untuk home for gig economy. ”Kami tidak bisa berkomentar soal itu. Yang jelas pasar dan potensi Indonesia sangat besar,” elaknya.


Sektor gig economy worker menurut perseroan setiap tahun meningkat 27,07 persen secara tahunan, sedang jumlah karyawan penuh waktu menurun 8,84 persen Yoy. Lonjakan gig workers itu, berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan 1,94 juta gig workers baru selama masa pandemi. Ke depan, gig economy diproyeksi mencapai 74,81 juta jiwa pada 2025. 


Digital Journey BRI Agro akan bertransformasi berdasar tiga pilar yaitu digital, digitize, dan revamp. Digital, yaitu pengembangan produk digital baik dari sisi lending dan saving secara end-to-end sebagai aspirasi digital attacker BRI Group. Digitize, yaitu proses bisnis digitalization merupakan pengembangan bisnis dilakukan secara O2O (online to offline). Lalu, Revamp, yaitu penataan kembali bisnis telah ada yang difokuskan pada shifting portofolio, revamp branch, mengoptimalkan efisiensi proses bisnis dan memperkuat people & culture. 


Kinerja perseroan diperkirakan mengalami pelambatan karena ada upaya menata kembali portofolio bisnis menjadi fokus pada pengembangan bisnis digital. Untuk itu, semester dua tahun ini perseroan telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi hingga akhir 2021 untuk membawa bank kembali ke tingkat lebih sehat. 


Langkah transformasi itu, tetap memperhatikan good corporate governance, pengelolaan manajemen risiko, dan persyaratan kecukupan pemenuhan modal minimum ditetapkan regulator.  Salah satu wujud nyata telah dilakukan untuk merealisasikan aspirasi layanan digital melalui penguatan people & culture. Misalnya, merekrut bakat-bakat digital terbaik di industri. Selain itu, juga melakukan transformasi terhadap bagian lain seperti network, infrastructure, model bisnis, produk, layanan, dan portfolio kredit baik dalam ticket size maupun kualitas. 


Sementara itu, Direktur Keuangan dan Operasional Bank Agroniaga Arif Wicaksono menyebut apakah investor baru akan menyerap saham baru, itu akan dipengaruhi harga ditentukan, dan diumumkan regulator nanti. ”Perusahaan akan melepas 2,15 miliar saham baru dengan nominal Rp100 per saham. Harga pelaksanaan akan diumumkan kemudian,” ucapnya. (*)