Sebagai pasangan yang baru menikah, tentunya ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Terutama mengenai keuangan. Uang seringkali menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, padahal seringkali perceraian terjadi juga karena uang ini.

Tidak ada salahnya untuk membicarakan tentang uang pada pasangan. Apalagi, jaman sekarang sudah berbeda, dan keterbukaan justru yang akan menjadi dasar dari langgengnya suatu pernikahan.


Berawal dari niatan baik dan kebersamaaan, berikut adalah hal-hal tentang pengaturan keuangan yang sebaiknya dibicarakan oleh pasangan yang baru menikah:


  1. Tentukan siapakah yang akan menjadi menteri keuangan

Tidak selalunya perempuan lebih pintar dalam mengatur keuangan, dan tidak selamanya laki-laki yang lebih ahli dalam mengelola keuangan. Setiap pasangan pasti ada kelebihannya masing-masing yang saling mengisi dalam kekurangan satu sama lain.

Kenali bagaimana pasangan mengelola keuangan, dan tentukan siapa yang lebih bisa dipercaya dalam mengatur keuangan. Buatlah kesepakatan, dan temukan jalan bersama, agar tidak ada kesalahpahaman di masa depan karena niat baik yang tidak diungkapkan di masa sekarang.


  1. Terbukalah dan ketahui semua utang yang dimiliki pasangan

Kebiasaan pasangan yang tidak terbuka terutama mengenai utang bisa membawa keretakan rumah tangga. Meski tidak nyaman, tanyakanlah dan ungkapkan hal-hal yang terkait utang yang Anda dan pasangan miliki. Baik utang kartu kredit, atau utang-utang lain yang mungkin sengaja ditutupi.

Ketika menikah, tidak hanya dua kepala menjadi satu. Utang juga menjadi tanggungan bersama. Ada harta gono-gini, ada utang gono-gini. Jadi sebaiknya jujur dan ketahui sejak awal mengenai utang pasangan, agar tidak terjadi keributan di belakang yang sebenarnya bisa dihindari.


  1. Buat kesepakatan mengenai berapa besaran gaji yang ingin dialokasikan untuk mertua

Memberikan kepada orangtua sebenarnya tidak wajib, namun tidak ada salahnya mengalokasikan sebagian penghasilan untuk orangtua. Apalagi, kalau ternyata orangtua sudah tidak mampu bekerja dan tidak memiliki simpanan yang cukup untuk menyambung hidupnya.

Diskusikanlah dengan pasangan terkait hal ini, agar ketika Anda tidak mampu memberi, pasangan Anda malah mungkin bisa membantu dengan penghasilan yang dimilikinya. Ingatlah menikah tidak hanya berdua, tapi menyatukan juga dua keluarga. Buatlah kesepakatan mengenai hal ini, agar ada mutual understanding sehingga tidak ada yang merasa tersakiti ketika salah satu pasangan ternyata diam-diam memberikan uang untuk orangtuanya di luar sepengetahuan yang lain.


  1. Buatlah dana darurat bersama

Dana darurat sangatlah penting. Terutama untuk mengantisipasi pengeluaran yang di luar kebiasaan, atau karena ada suatu kejadian yang menyebabkan terputusnya penghasilan. Sementara, tagihan, cicilan dan kebutuhan akan jalan terus, apalagi kalau ada orangtua atau tanggungan lain yang juga perlu diperhatikan.

Buatlah akun bersama untuk menabung dana darurat ini. Akun harus terpisah dari tabungan atau akun untuk pengeluaran harian dan bulanan. Pastikan akun untuk dana darurat ini bersifat liquid atau mudah dicairkan. Agar ketika dana ini dibutuhkan, Anda dan pasangan tidak terlalu kesulitan dalam mencairkannya.


  1. Tentukan apa yang menjadi prioritas keuangan dan investasi

Sebagai pasangan yang baru menikah, tentu Anda memiliki tujuan keuangan masing-masing. Tentukanlah secara bersama apa yang menjadi prioritas. Apakah tempat tinggal, anak, atau yang lain. Pastikan Anda berdua sepakat mengenai hal ini, dan mulailah berinvestasi. Investasi yang dilakukan boleh terpisah atau bersama. Yang penting, Anda dan pasangan tahu dan menyadari bahwa ini adalah prioritas keuangan bersama.

Kalaupun Anda ingin berinvestasi untuk tujuan keuangan pribadi, tentu saja boleh. Asalkan memang tidak berbenturan atau tidak menyalahi kesepakatan awal yang sudah menjadi keputusan bersama ini terkait investasi dan prioritas.


  1. Bagi tugas atau tentukan bagaimana pos-pos keuangan ingin diatur

Salah satu yang sangat bisa membantu keuangan bersama adalah dengan adanya pos-pos keuangan. Pos keuangan untuk sedekah atau perpuluhan, investasi, dana darurat, biaya hidup, gaya hidup dan lain-lain, bisa disepakati dan diatur bersama.

Janganlan meniadakan pos pemenuhan gaya hidup, hanya karena Anda berpikir Anda sudah meikah dan memiliki tanggungjwab, bukan berarti Anda harus menutup pintu bersenang-senang dengan teman atau relasi lain. Kehidupan social tetap dibutuhkan, seiring dengan Anda sudah menikah. Bagilah tugas dan berilah ruang bagi diri Anda sendiri dan pasangan untuk tetap melakukan apa yang disukainya.

Ingatlah kalau Anda hanya menikah, bukan masuk penjara sehingga semuanya dibatasi. Anda hanya perlu melakukan kesepakatan dalam mengatur pos-pos keuangan dan disiplin di dalamnya, untuk kepentingan bersama.


Pengaturan keuangan untuk pasangan yang baru  menikah memang gampang-gampang susah. Apalagi bagi laki-laki. Haruskah saya memberikan semua gaji? Atau baiknya ada simpanan sendiri? Sejauh apa harus memberi pada istri? Bagaimana kalau istri tidak bekerja? Bagaimana kalau istri bekerja? Bagaimana kalau ternyata penghasilan istri lebih besar dari suami, apakah tetap harus memberi?