EmitenNews.com - Pentas initial public offering (IPO) Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) bakal menjadi yang tersebar dua dekade terakhir. Terutama di lingkaran anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


”Kami mengapresiasi penuh sebagai perusahaan tower telekomunikasi terbesar dengan 28 ribu tower,” tutur Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN II, Selasa (26/10).


Tiko sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo memuji Telkom Group sebagai induk Mitratel, terus beradaptasi, dan realisasikan satu langkah besar melalui IPO. Aksi itu, langkah tepat dalam penataan portofolio untuk penciptaan value creation secara optimal. Khususnya, bisnis infrastruktur telekomunikasi, dan menciptakan BUMN berdaya saing.


Aksi itu, juga dapat memperkuat posisi Mitratel sebagai the best tower provider, independen, dan siap mendukung operator seluler tanah air. Seluruh elemen memberi layanan terbaik seiring posisi Indonesia kini tengah menyambut era internet 5G. Mitratel diharap menggaet investor lokal dan global. ”Melalui kemitraan itu, Mitratel memiliki daya saing tingkat global,” harap Tiko.


Mitratel diharap meningkatkan kapasitas, dan melakukan kerja sama strategis dengan sejumlah perusahaan raksasa teknologi sektor telekomunikasi. Menciptakan nilai optimal bagi bangsa, dan seluruh pemangku kepentingan. Mempercepat pertumbuhan ekonomi digital, dan mewujudkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi digital terbesar Asia Pasifik pada 2025. 


Mulai hari ini, Selasa (26/10), Mitratel start bookbuilding atau masa penawaran. Bookbuilding berlangsung hingga 4 November 2021. Setelah penentuan harga tuntas, diharap mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 November 2021. Selanjutnya, pencatatan saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 22 November 2021.


Menjajakan 25,54 miliar dengan kisaran harga Rp775-975 per lembar, Mitratel berpotensi meraup dana IPO maksimal Rp24,90 triliun. Saham Baru itu, mewakili 29,85 persen dari modal mitratel setelah IPO. Setelah IPO, berlaku ketentuan lockup 8 bulan bagi PT Telkom Indonesia (TLKM), pemegang saham utama, dan kemudian 12 bulan bagi Mitratel.


Dana hasil IPO sekitar 40 persen untuk modal kerja dengan rencana bersifat organik. Lalu, 50 persen untuk modal kerja, dan kegiatan bersifat anorganik. Sisa, 10 persen untuk modal kerja, dan kebutuhan lain di masa mendatang. Penjamin pelaksana emisi, BRI Danareksa Sekuritas, dan PT Mandiri sekuritas. Joint Global koordinator terdiri dari BRI Danareksa Sekuritas, HSBC, JP Morgan, Mandiri Sekuritas, dan Morgan Stanley.


Saat ini, Mitratel telah menyediakan infrastruktur telekomunikasi, dan mengelola lebih dari 28 ribu menara Indonesia. Dipersenjatai jaringan serat optik memadai, Mitratel telah menjadi salah satu media pendukung optimalisasi kemajuan ekonomi digital industri 4.0. ”Lalu, ditambah jaringan 5G ke depan,” tegas Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel. (*)