EmitenNews.com - Virus Corona (COVID-19) varian Omicron semakin menyebar ke berbagai negara. Omicron bahkan merajalela di Inggris dan Amerika Serikat (AS). Situasi ini menjadi sentimen negatif yang membuat kurs rupiah melemah terhadap dolar AS pada perdagangan terakhir tahun 2021.


Mengutip data Bloomberg, Kamis (30/12) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.270 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 14 poin atau 0,10% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Rabu sore kemarin (29/12) di level Rp14.256 per dolar AS.


Senior Economist Samuel Sekuritas, Fikri C Permana mengatakan bahwa rupiah melemah hari ini karena sentimen varian Omicron secara global. "Karena selain di Eropa, Omicron juga masih sangat tinggi di AS," kata Fikri saat dihubungi Ipotnews, Kamis sore.


Otoritas Inggris setidaknya melaporkan rekor 129.471 kasus baru COVID-19 pada hari Selasa (28/12) waktu setempat. Rekor kasus harian ini dilaporkan sehari setelah Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan dia tidak akan memberlakukan pembatasan baru tahun ini untuk membatasi penyebaran virus Corona varian Omicron yang sangat menular.


Seperti diberitakan Reuters dan Channel News Asia, Rabu (29/12), Johnson mengatakan pada hari Senin (27/12) bahwa dia tidak akan memberlakukan aturan pembatasan baru di Inggris. Namun, para menterinya telah mendesak masyarakat untuk merayakan Tahun Baru dengan hati-hati dan memperingatkan bahwa aturan itu dapat diperketat jika sistem kesehatan berisiko gagal.


Selain Inggris, Amerika Serikat juga dihajar Omicron. AS melaporkan lebih dari 441.000 kasus virus Corona (COVID-19) dalam sehari, saat varian baru Omicron terus menyebar. Lonjakan kasus Corona ini tercatat sebagai yang tertinggi sejak pandemi merebak di AS.


Mengutip The Hill dan BBC, Rabu (29/12/2021), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC melaporkan 441.278 kasus Corona terdeteksi dalam sehari atau sepanjang Senin (27/12) waktu setempat. Angka ini merupakan jumlah kasus harian tertinggi yang pernah dilaporkan ke CDC.


"Untuk perkembangan Omicron di Indonesia belum mencemaskan pelaku pasar. Jumlahnya masih kecil. Tapi entah nanti sesudah malam perayaan Tahun Baru 2022," tutup Fikri.