Analisis Pricing Power ICBP vs UNVR: Siapa Jagoannya Ya?
Analisis Pricing Power ICBP vs UNVR: Siapa Jagoannya Ya? Source: Google
EmitenNews.com - Gross Margin (GPM) bukanlah sekadar angka laba; itu adalah metrik terpenting yang mengukur kekuatan harga (Pricing Power) emiten konsumsi. Sederhananya metrik ini diukur sebagai kemampuan kritis mereka untuk menaikkan harga jual produk lebih cepat dibandingkan kenaikan Biaya Pokok Penjualan (HPP/COGS).
Analisis GPM 9-bulan (September 2025 vs. September 2024) ICBP dan UNVR mengungkap dua strategi dan kualitas fundamental yang kontras.
Baca juga: Psikologi Smart Money: Mengapa Net Buy Asing Naik 103,44 Persen YoY?
Studi Kasus UNVR: Keunggulan Defensive (GPM Stabil)
UNVR (Unliver) menunjukkan kinerja efisiensi biaya operasional yang superior, menjadikannya benteng pertahanan di tengah tekanan pasar.
GPM perusahaan ini nyaris stabil sempurna, berada di level 48,48% per September 2025, hanya mengalami kenaikan tipis +0,04 percentage points (ppt) secara Year-on-Year.
Fenomena ini terjadi meskipun Penjualan Bersih hanya naik sangat kecil sebesar +0,71% dan HPP/COGS juga naik sangat kecil sebesar +0,64%.
Implikasinya jelas: manajemen Unilever berhasil mengendalikan HPP/COGS sedemikian rupa sehingga Margin premium mereka tidak tergerus oleh kenaikan biaya.
Oleh karena itu, Pricing Power UNVR bersifat defensif. Investor asing memandang GPM yang stabil di level 48,48% ini sebagai Margin of Safety terbesar di industri, membuktikan bahwa perusahaan mampu menahan headwind biaya.
Studi Kasus ICBP: Tekanan Biaya dan Potensi Rebound (GPM Tergerus)
ICBP menampilkan tantangan yang berbeda. Meskipun Penjualan Bersih naik sedang sebesar +1,41% secara Year-on-Year, angka HPP/COGS melonjak signifikan sebesar +4,36%.
Disparitas ini menyebabkan GPM terkikis tajam sebesar -1,83 ppt, turun ke level 35,37% per September 2025. Kenaikan HPP/COGS yang jauh melampaui kenaikan penjualan mengindikasikan bahwa ICBP gagal sepenuhnya membebankan kenaikan biaya bahan baku ke konsumen hingga Q3 2025.
Namun, Net Buy agregat asing yang kuat di November 2025 menunjukkan bahwa investor institusional memiliki pandangan yang berbeda. Mereka membeli ICBP bukan karena GPM saat ini, tetapi karena potensi pemulihan (rebound).
Investor yakin bahwa lonjakan permintaan musiman (seperti NATARU) akan menjadi window bagi ICBP untuk menaikkan harga lebih lanjut di Q4, dan merebut kembali 1,83 ppt GPM yang hilang.
Analisis GPM mengungkapkan bahwa pilihan antara UNVR dan ICBP adalah keputusan yang didorong oleh profil risiko.
Investor harus memilih antara “Stabilitas” (UNVR) yang menawarkan GPM premium teruji dengan growth yang minim, atau “Potensi Pemulihan” (ICBP) yang menawarkan capital gain yang lebih besar jika Margin perusahaan berhasil di-rebound di kuartal mendatang.
Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan jual/beli, tapi bahan diskusi biar lo makin pinter atur strategi. Do Your Own Research (DYOR)!
Related News
Psikologi Smart Money: Mengapa Net Buy Asing Naik 103,44 Persen YoY?
Berapa Margin of Safety BMRI? Simak Analisisnya Yuk!
Membedah Risiko Finansial Bank Mandiri (BMRI) secara Fundamental
Seberapa Kuat dan Sustain Kah Laba Bank Mandiri? Cek Fundamentalnya!
Tertarik Beli Saham Papan Akselerasi? Cek Kriteria Fundamentalnya!
ISSI vs. Blue Chip: Likuiditas Pindah Kapal, Saatnya Ganti Strategi?





