EmitenNews.com -PT Atlas Resources Tbk (ARII) menargetkan volume penjualan batubara mencapai 6 juta ton pada tahun 2025, meningkat 11,1% dibandingkan realisasi tahun 2024 yang sebesar 5,445 juta ton. Target ini mencerminkan optimisme perusahaan terhadap pemulihan kinerja operasional dan strategi efisiensi biaya yang tengah digalakkan.

Direktur ARII, Joko Kus Sulistyoko, menyampaikan bahwa target tersebut akan didorong oleh kontribusi dua anak usaha, yakni PT Gorontalo Prima Utama (GPU) sebesar 3,6 juta ton dan PT Gorontalo Energi (GE) sebesar 1,73 juta ton. Sisa volume akan berasal dari aktivitas perdagangan batu bara.

“Kami akui produksi tahun ini sempat terkendala cuaca ekstrem, terutama curah hujan tinggi yang menghambat operasional jalan hauling,” ungkap Joko dalam paparan publik di Jakarta, Senin (23/6).

Meski menghadapi tekanan dari kenaikan royalti batu bara, harga bahan bakar minyak (BBM), serta fluktuasi harga jual batu bara global, manajemen tetap optimistis. “Kami akan melakukan efisiensi dan menggenjot produksi untuk mengimbangi tekanan tersebut. Hasil kinerja semester I nanti akan jadi tolok ukur,” tambahnya.

Hingga kuartal I 2025, ARII membukukan pendapatan usaha sebesar USD98,657 juta, naik 100,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Meski beban pokok pendapatan juga meningkat 76% menjadi USD88,231 juta, perusahaan berhasil mencetak laba kotor USD10,426 juta. Pencapaian ini jauh membaik dibandingkan kuartal I 2024 yang mencatat rugi kotor USD1,604 juta.

Adapun laba bersih per akhir Maret 2025 mencapai USD10,483 juta, dengan laba per saham dasar sebesar USD0,003055. Selain itu, defisit perusahaan tercatat menurun menjadi USD117,96 juta dari posisi akhir tahun 2024.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi operasional, ARII berencana memangkas panjang jalan tambang (hauling road) dari stockpile ke pelabuhan batu bara, dari 68 kilometer menjadi 53 kilometer. Pemangkasan ini diperkirakan dapat menekan biaya operasional hingga Rp400 per ton.

“Pengurangan panjang jalan ini akan meningkatkan efisiensi biaya dan profitabilitas. Proyek jalan hauling ini kami estimasikan membutuhkan investasi sebesar USD45 juta hingga USD50 juta,” jelas Joko. Ia menambahkan, proyek ini akan mulai dibangun tahun depan dan diperkirakan selesai dalam dua tahun.

ARII juga akan meningkatkan kapasitas jalan hauling MMJ hingga 12,5 juta ton untuk mendukung Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Mitra Tambang yang mencapai 11 juta ton. Selain itu, perusahaan akan mengganti armada angkut dengan dump truck berkapasitas 40 ton dari sebelumnya 30 ton, guna mengoptimalkan kapasitas pengangkutan batu bara.

Sebagai bagian dari upaya penghematan energi dan pengurangan emisi, ARII juga berencana menggunakan listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai pengganti bahan bakar solar.

Meski industri batu bara menghadapi tantangan berupa regulasi dan volatilitas harga, prospek jangka menengah ARII tetap menjanjikan. Dengan strategi ekspansi infrastruktur, efisiensi biaya, serta peningkatan kapasitas produksi, perusahaan berharap dapat menjaga margin keuntungan dan memperkuat posisi di industri energi nasional.