EmitenNews.com - Sebagai negara Muslim terbesar dunia dengan populasi umat Islam mencapai 87,2 persen dari total penduduk 229 juta jiwa, keberadaan perbankan syariah di Indonesia sangat dibutuhkan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Terlebih, Indonesia memiliki ekosistem ekonomi syariah tersebar di berbagai sektor.

Mulai dari lembaga keuangan, lembaga pendidikan, rumah sakit Islam, ormas Islam, hingga kebutuhan untuk pemenuhan produk halal maupun ibadah seperti haji dan umroh yang membutuhkan keberadaan perbankan syariah. Potensi tersebut belum termasuk dengan keberadaan 30.494 pesantren saat ini memiliki sekitar 4.373.694 santri seluruh Indonesia.

Kehadiran Bank Syariah Nasional (BSN) dengan visi menjadi mitra utama keuangan keluarga berkah dan amanah, diharap bisa memenuhi layanan syariah inklusif di Indonesia termasuk potensi besar lingkungan pesantren. BSN suksesor Unit Usaha Syariah Bank Tabungan Negara (UUS BTN), selama lebih dari 20 tahun telah menjadi salah satu pilar dalam memenuhi kebutuhan perumahan Indonesia melalui solusi pembiayaan inovatif.

"Dalam menggerakkan ekonomi syariah, pesantren memiliki lima peran penting yakni sebagai pusat edukasi dan literasi, penggerak UMKM syariah, penguatan inklusi keuangan syariah, penguat ekonomi halal dan sebagai laboratorium ekonomi syariah," tutur Alex Sofjan Noor, Direktur Utama BSN kala menyampaikan kuliah umum bertajuk "Peran Pesantren dalam Transformasi Ekonomi dan Perbankan Syariah Berkelanjutan di Era Digital", di Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Kamis, 4 Desember 2025.

Alex sebagai salah satu dosen tamu dalam rangkaian acara 13th ASEAN International Conference of Islamic Finance (AICIF) 2025 sekaligus peringatan 100 Tahun berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut, menjelaskan peran pesantren sebagai pusat edukasi, dan literasi ekonomi syariah Indonesia masih kecil perannya dibanding Malaysia.

Berdasar data Islamic Finance Literasi, peran pesantren sebagai pusat edukasi, dan literasi ekonomi syariah di Indonesia angkanya baru mencapai 39,11 persen, sementara Malaysia mencapai 80,2 persen. BSN mengajak kalangan pesantren maupun santri seluruh Indonesia berkolaborasi dalam upaya meningkatkan peran sebagai pusat edukasi, dan literasi ekonomi syariah.

BSN resmi menerima limpahan aset, dan liability dari UUS BTN saat ini memiliki 36 kantor cabang 83 KCPS, dan lebih dari 2.098 e-channel (ATM dan CRM). BSN akan memperluas jangkauan layanan dengan produk-produk baru yang unik, dan inovatif seperti KUR Syariah bisa dimanfaatkan masyarakat umum termasuk yayasan pesantren maupun para santri untuk membuka usaha.

Selain itu, BSN tengah menyiapkan aplikasi digital banking, diharap memberi pengalaman nasabah terbaik melalui layanan digital, dan finansial komprehensif. Layanan itu, diharap memberi kemudahan transaksi layanan perbankan dengan cara lebih aman, cepat, mudah, dan sesuai prinsip syariah. 

Kuliah umum dilakukan BSN tentu memberi masukan penting bagi mahasiswa Unida Gontor. "Kita yang ada di pesantren ini tetap memiliki peran yang krusial dalam perkembangan perbankan nasional," tutur Setiawan bin Lahuri, Wakil Rektor II Universitas Darussalam (Unida) Gontor.

Kegiatan tersebut juga membuka wawasan mahasiswa bahwa mengembangkan ekonomi syariah di pesantren ini sangatlah memiliki peluang sangat besar. "Harapan kita kepada BSN besar sekali. Kita berharap BSN bisa menjadi mitra utama pendidikan tinggi di Indonesia, sekaligus mitra utama kampus-kampus dan UMKM  agar pemberdayaan sektor ril terwujud," ujar Setiawan. (*)