EmitenNews.com - Perekonomian nasional diperkiraan masih akan diwarnai ketidakpastian karena dinamika ekonomi dan geopolitik global yang terjadi saat ini. Gangguan rantai pasok, perubahan iklim ditambah ketegangan politik di Rusia-Ukraina dan terakhir memanasnya konflik Israel-Palestina merupakan salah satu di antara penyebab ketidakpastian.


Sementara di dalam negeri, isu politik 2024 juga menyebabkan kalangan bisnis cenderung wait and see.


Ketum Perbanas, Kartiko Wiroatmojo mengakui berbagai tantangan tengah dunia hadapi saat ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.


Hal ini terjadi karena adanya pengetatan kebijakan moneter terus berlanjut sebagai respon terhadap inflasi, penyaluran kredit yang diperketat, serta meningkatnya tensi geopolitik yang terjadi akhir-akhir ini.


"Ketidakpastian ekonomi global juga tercermin dari adanya perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yaitu The International Monetary Fund (IMF) dan World Bank," katanya saat memberikan sambutan dalam Media Gathering Perbanas ; “Memperkuat ketahanan Domestik di Tengah Perlambatan Ekonomi Global, ” di Mason Pine Hotel, Padalarang, Kamis (23/11/2023) siang.


Tiko menambahkan, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3% pada tahun 2023 dan 2,9% pada tahun 2024. Hal tersebut disebabkan karena risiko ekonomi dan geopolitik di tahun 2024 akan terus bertanjut dan lebih buruk dibanding 2023, sehingga menghambat laju ekonomi.


Di sisi lain, World Bank memproyeksikan sebaliknya, bahwa GDP global tahun 2024 (2,4%) lebih besar dibandingkan tahun 2023 (2,1%). Pandangan positif terhadap ekonomi 2024 tersebut sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi di tahun depan.


"Namun kita harus tetap optimis karena di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesta berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya tercatat pada 2022-2023, pertumbuhan Indonesia mencapai 5,17%. Yang ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur serta stabilitas kinerja sektor pertanian dan sektor perbankan," katanya.


Kartiko Wiroatmojo menjelaskan, sektor pertanian sebagai salah satu leading sector berhasil mencatatkan pertumbuhan positif setiap tahunnya, di mana pada tahun 2022 mencapai 2,25%. Resiliensi sektor pertanian menunjukkan kekuatan sektor ini dalam menopang perekonomian Indonesia.


"Sehingga kita harus lebih mendorong kinerja sektor ini melalui hilirisasi industri untuk menciptakan value added dan juga value-added capture yang dapat meningkatkan nilai hasil tani dan perekonomian Indonesia secara umum," katanya.


Selain itu, imbuh dia,  pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang pada 2022-2023. Dengan rasio kecukupan modal (CAR) tenaga pada level 27,6%, NPL bruto turun ke level 2.3%; dan pertumbuhan kredit mencapai 7,76% . Di saat bersamaan Bank Indonesia memperkirakan kredit perbankan akan tetap tumbuh postitif pada tahun 2024 sekitar 8%-11%.


"Tingginya suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed Rate) telah menyebabkan nilai tukar Rupiah terdepresiasi selama tahun 2023, ini harus senantiasa kita waspada, karena apabila kondisi ini terus berlanjut akan ada potensi peningkatan risiko valas dan instabilitas sistem keuangan nasional yang dapat membuat pelemahan ekonomi Indonesia," jelasnya sembari menambahkan,
ada tanda-tanda penurunan suku bunga acuan The Fed. Yang akan terus memicu pengetatan likuiditas global.(*)