EmitenNews.com - Imbal hasil (yield) surat utang Amerika Serikat (AS) sengaja dipangkas. Lalu, DPR meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) stimulus Covid-19 senilai USD1,9 triliun. Selanjutnya, per kepala keluarga bakal mendapat bantuan USD1.400 mulai bulan ini.


Sejumlah sentimen positif itu, sukses mendongkrak kinerja perdagangan saham di Wall Street. Pada penutupan perdagangan Rabu (10/3) waktu setempat, Dow Jones Industrial Average mencetak rekor baru. Itu setelah menanjak 1,46 persen ke 32.297, S&P 500 naik 0,6 persen ke 3.898,8, dan Nasdaq minus 0,04 persen ke 13.068,83. 


Kemudian, indeks saham-saham lapis dua Russell 2000 juga terangkat 1,8 persen selaras aksi borong investor ke saham-saham murah. Saham-saham cyclical atau bersentuhan dengan pemulihan ekonomi menjadi penggerak bursa. Sektor energi S&P 500 naik 2,6 persen. Sektor industri, material, dan finansial menguat di atas 1 persen.


Yield Treasury AS 10 tahun turun dua basis points (bps) ke posisi 1,52 persen, setelah sempat menyentuh level tertinggi 1,6 persen pada Senin lalu. Kementerian Tenaga Kerja mengklaim inflasi naik 0,4 persen Februari dan secara tahunan inflasi naik 1,7 persen. Itu sesuai dengan ekspektasi analis.


Namun, lelang obligasi pemerintah AS berdurasi 10 tahun sebagai acuan sebesar USD38 miliar tidak seburuk dikhawatirkan ketika inflasi mendasari tetap diredam, membantu mendorong imbal hasil turun ke terendah sesi 1,506 persen, dibanding dawal pekan 1,61 persen. ”Obligasi pemerintah menguat tetapi tidak mendorong saham teknologi,” keluh Mark Luschini, kepala strategi investasi Janney Montgomery Scott. (abm)