Gebrakan Baru! Surge (WIFI) Siapkan Internet Murah Rp100 Ribu 200 Mbps

(Kiri-Kanan) Direktur EmitenNews.com Yosman Mansyur, Nicky Hogan CEO EmitenNews.com, Yune Marketatmo Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dan Muhammad Arif Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada acara buka puasa bersama investor dan emiten PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) bersama komunitas investor halu di Jakarta, Kamis (20/3/2025). DOK/EmitenNews
EmitenNews.com -Setelah sejak awal tahun 2025, memberikan banyak gebrakan. Kali ini PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge kembali memberikan informasi yang sangat fundamental. Ya, di awal tahun emiten penyedia infrastruktur jaringan internet ini telah kehadiran investor baru yang sangat positif yaitu Hashim Djojohadikusumo selaku adik dari Presiden Prabowo, tokoh nasional lainnya adalah Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid.
Tak hanya itu, Surge (WIFI) juga telah mendapat dana segar melalui entitas usahanya yaitu PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE) yang bergerak di bidang telekomunikasi berhasil menerbitkan obligasi Rp600 miliar dan Surge (WIFI) sendiri telah menandatangani perjanjian kredit investasi senilai Rp978 miliar dari BNI.
Dengan fundamental dan keuangan yang solid, kali ini PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) berencana memberikan gebrakan baru bagi para pengguna jaringan internet di Indonesia. Perseroan yang telah menjadi pemain terdepan pada internet murah, kini berencana menaikkan valuenya dalam sektor penyedia infrastruktur teknologi dan internet murah dengan mengusung internet terjangkau bagi masyarakat luas seharga Rp100 ribu untuk kecepatan 200 Mbps.
Hal ini tentu akan menjadi tonggak baru dalam bisnis penyedia internet murah dan berkecepatan tinggi di Indonesia. Saat ini WIFI telaah memiliki 200 ribu pelanggan dan dalam 1 tahun kedepan atau tepatnya di akhir tahun 2025 di targetkan sudah mencapai 5 juta user. Yune Marketatmo sebagai Direktur Utama PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) menegaskan bahwa ekspansi bisnis yang resilience, terukur dan efisien membuat perseroan optimis bisa memberikan hal terbaik dalam pengembangan bisnis di sektor ini.
“Terkait investasi memang memerlukan dana cukup besar, maka dari itu kredit investasi senilai Rp978 miliar dari BNI akan digunakan untuk membangun 700 ribu homepass. Homepass sendiri adalah jumlah rumah atau bangunan yang dapat dihubungkan oleh operator di suatu wilayah layanan,” ujar Yune dalam acara buka puasa bersama investor dan emiten PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) di Jakarta, Kamis (20/3/2025).
Kita ini akan kerja keras bukan hanya untuk perusahaan, tapi juga buat bangsa Indonesia. Kami melihat pemain-pemain di industri ini belum ada yang menjalankan bisnis dengan target di segmen menengah bawah.
Bayangkan pengguna internet itu ada 220 juta dan itu didominasi oleh mobile. Penetrasi di industri ini baru 15 persen, artinya masih ada ruang 85 persen yang masih sangat terbuka lebar. "Segmen menengah bawah ini terbuka lebar. Jadi engine of growth ini terbuka lebar. Asal kita sebetulnya tajam dan harus fokus ke masyarakat pengguna bawah teknologi. Nah ini yang jadi misinya kami," ujar Yune.
Perseroan sangat umum untuk membuka segmen ini dan ini terbuka lebar sebetulnya. Kalau jumlah rumah Indonesia itu ada 85 juta sebetulnya yang belum terlayani ini ada 70 juta rumah. Ini besar sekali sih ini. Ini poinnya tuh gede banget gitu. Nah ini makanya kita yang menjadi motivasi kita.
Target perseroan untuk dapat menjangkau 40 juta user dalam 5 tahun kedepan di seluruh Indonesia akan secepatnya di eksekusi kalau formulanya sudah ketemu ya, "kita kalau ekspansi ya pasti akan kita lakukan, pasti akan kita lakukan," tegas Yune.
Yune menyampaikan bahwa di Indonesia ini belum ada sih operator yang bisa, even belum pernah mencapai 10 juta pelanggan itu belum ada. ISP di Indonesia sudah 1.300. Sebenarnya dari 1.300 itu semuanya dominasinya di top 10 itu. Itu urutan yang terakhir itu urutan 10 itu pelanggannya sekitar 50 ribuan. Jadi sekarang WIFI ini sudah ada di antara 10 besar ISP di Indonesia. “Nah nanti kalau Surge bisa menambah lagi target tercapai 5 juta pelanggan itu sudah jadi top 3 besar pelanggan di Indonesia,” pungkas Yune.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan kalau di Indonesia tantangan terbesarnya izin di lapangan, kenapa infrastruktur tidak merata karena perizinannya tidak sama di setiap daerah, inilah yang membuat para provider sulit untuk ekspansi.
Industri internet ini harus terus bergerak, harus cepat menangkap peluang pasar. Jadi kalau bicara internet, sebenarnya ini sudah kebantuan kita sehari-hari saat ini. Kita nggak bisa hidup tanpa adanya yang disebut internet ini.
Kalau bicara 10 tahun lalu, kalau APJII sendiri, sudah menaungi hampir 1.300 internet provider di Indonesia. Kalau bicara 10 tahun lalu, bicara perkembangannya sangat signifikan. Kenapa saya bilang signifikan, Karena kita lihat dari animo dari pengguna internet yang ada. pengguna internet sekarang 221 juta. 10 tahun lalu angkanya nggak segitu. Paling hanya sekitar di bawah 100 juta.
Jadi dalam waktu 10 tahun pengguna internet ini bertumbuh hampir 5 juta. Bahkan kalau bicara 5 tahun lalu, sebelum covid, sebutlah 2020, pengguna internet hanya sekitar 160 jutaan. Jadi during covid ini benar-benar bertumbuhnya sangat signifikan. Lebih dari 5 juta pengguna internet baru pada masa covid.
"Begitu pula dengan para pengusaha juga di industri internet. Ini bisa dilihat bagaimana industri ini dalam 5 tahun terakhir sangat booming. 5 tahun lalu kurang lebih pengusaha internet hanya sekitar 500 perusahaan, bahkan kurang. Sekarang sudah 1.300. Jadi dalam waktu 5 tahun saja pertumbuhan pengusaha internet itu bertumbuh sangat signifikan di daerah-daerah," ujar Arif.
Jadi ini sebuah barometer bagaimana memang industri ini, industri yang sedang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Bukan hanya masyarakat di kota-kota besar saja seperti Jakarta, tapi juga ke masyarakat dengan berbagai macam lapisan. 5 tahun lalu enggak ada tuh provider yang mau bilang ke pelosok-pelosok, ke gang-gang sempit tuh enggak ada. Bisa dibilang pengguna internet ketika itu para provider yang masih menyasar kalangan mungkin rumah-rumah yang kelas A, kelas B seperti itu ya. Tidak ada yang mau main di segmentasi di bawah itu. Tapi kalau kita lihat sekarang, yang motor saja susah masuk itu kabel optik ada.
Jadi bisa dibayangkan seluruh lapisan masyarakat kita memang membutuhkan layanan yang disebut internet tadi, itu kondisi saat ini. Jadi sampai saat ini, dan APJII sendiri yang melakukan survei sebenarnya. Disurvei APJII tahun 2024, sebenarnya layanan internet yang paling dianggap affordable oleh masyarakat Indonesia itu berkisar 100-150 ribu. Itu dari segi biaya penggunaannya, ini kita bicara oleh broadband internetnya.
Related News

Bedah Keuangan Amman Mineral (AMMN) di 2024 dan Prospek 2025

Produksi Emas Amman Mineral (AMMN) Capai Rekor Tertinggi

Sampai 2024, Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) Raih Pendapatan Rp118T

Lunasi Utang, Bali Towerindo Sentra (BALI) Berencana Private Placement

Emiten Taipan Prajogo Pangestu Siap Buyback, Ini Besaran Anggarannya

Siapkan Rp500 Miliar, Barito Pacifik (BRPT) Akan Buyback Saham