Guru Besar UI Ini Harap Indonesia Tiru India di Bidang Kesehatan
Ilustrasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Dok. SINDOnews.
EmitenNews.com - Indonesia perlu menindaklanjuti keberhasilan India dalam memfasilitasi harga obat dan alat kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat. Tingginya harga di Indonesia, bukan hanya pada obat tapi juga alat kesehatan. Akibatnya, semua itu berdampak pada harga pelayanan kesehatan menjadi lebih mahal di Tanah Air.
Dalam keterangannya yang dikutip Senin (27/1/2025), Pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan hal itu, merespons kerja sama bilateral Indonesia-India di sektor kesehatan, melalui kunjungan kehormatan Presiden Prabowo Subianto dalam rangka Hari Republik Ke-76 India.
"Indonesia perlu menindaklanjuti tentang murahnya harga obat dan alat kesehatan di India," katanya.
Prof. Tjandra menceritakan pengalamannya selama bertugas sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara di India pada 2015-2020. Selama tinggal di sana, ia rutin mengonsumsi obat-obatan yang dibeli di New Delhi untuk menjaga kesehatannya. Termasuk mengontrol kolesterol dan tekanan darah.
Tjandra Yoga Aditama juga menceritakan, banyak teman dokter dan profesor di Indonesia menitipkan obat kepadanya. Dari pengalamannya selama ini menunjukkan bahwa mutu obat di India terjamin baik dan efektif menjaga kesehatan.
Sejauh ini, Tjandra bisa membandingkan pelayanan kesehatan di Jakarta, dan India, yang menunjukkan perbedaan harga yang signifikan.
Berikut adalah perbandingan harga obat yang dikonsumsi Tjandra di Jakarta dan India. Atorvastatin 20 mg di Jakarta mencapai Rp6.160 per tablet, sedangkan di India hanya Rp1.000. Itu berarti enam kali lebih murah.
Kemudian, Clopidogrel 75 mg di Jakarta Rp7.835 per tablet, sedangkan di India hanya Rp1.540, atau lima kali lebih murah.
Lalu, Telmisartan 40 mg, harganya di Jakarta adalah Rp5.198, sementara itu di India hanya Rp1.500.
Terakhir, obat hipertensi Concor 2.5 mg yang di Jakarta dihargai Rp10.711, di India hanya Rp1.560 per tablet.
"Jadi, untuk obat ini harga di Jakarta rata-rata enam kali lebih tinggi dari harga di New Delhi," kata Prof. Tjandra.
Menariknya lagi, semua kemasan obat di kota manapun di India selalu mencantumkan informasi harga pasaran yang mudah diakses publik.
"Jadi, mau beli di kota manapun di India harganya sama persis, dan tentu dikontrol ketat oleh pemerintahnya. Ini suatu contoh yang baik kalau bisa diterapkan juga di negara kita," katanya.
Satu hal, tingginya harga di Indonesia, bukan hanya pada obat tapi juga alat kesehatan, yang berdampak pada harga pelayanan kesehatan jadi lebih mahal.
"Kita tunggu langkah konkret yang akan dilakukan pemerintah, sehingga obat yang masyarakat kita konsumsi dapat jadi jauh lebih murah, sama seperti dinikmati rakyat India," katanya.
Setelah itu, Prof. Tjandra Yoga Aditama berharap ada langkah konkret pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dengan mengacu pada situasi, dan kondisi di India. ***
Related News
Amanah Medis Manfaatkan AI Ciptakan Lapangan Pekerjaan Baru
Hemat Anggaran, Pemerintah akan Pangkas 90 Persen Beli ATK
Waspada! Penipuan Lewat Aplikasi Kencan, Incar Wanita Kelas Atas
Pagar Laut Tangerang, Warga Lapor Nama Mereka Dicatut Untuk HGB
100 Hari Pemerintahan Prabowo; 2 Menteri Ekonomi Berkinerja Terbaik
Pasok 80 Persen Sawit Dunia, RI - Malaysia Jajaki Kelola Bersama