EmitenNews.com - Prospek produk sawit Indonesia cerah di pasar Eropa. Komitmen kerja sama ekonomi Indonesia dan Uni Eropa melalui skema Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) membuka peluang pengakuan terhadap kelapa sawit Indonesia sebagai komoditas berkelanjutan (sustainable).

Dalam keterangannya yang dikutip Selasa (5/8/2025), Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, menyampaikan hal tersebut saat berbicara di Kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Jakarta Selatan.

Dirjen Djatmiko Bris Witjaksono mengemukakan, pengakuan tersebut merupakan langkah strategis untuk meredam sentimen negatif terhadap produk sawit nasional yang selama ini menjadi hambatan di pasar global. Eropa adalah yang pertama memiliki sawit kita sebagai sumber bahan baku, energi, atau produk makanan. 

“Sawit ini kan penggunaannya macam-macam. Luas. Tapi sawit itu sebagai komoditi yang sustainable, yang berkelanjutan. Itu yang penting,” ujar Djatmiko Bris Witjaksono, di Kantor Kadin Indonesia, Senin (4/8/2025).

Potensi pasar sawit Indonesia di Eropa semakin terbuka dan berpeluang meningkatkan ekspor secara signifikan. Indonesia berharap bisa juga melipatgandakan kinerja ekspor sawit dan turunannya. Jadi, sawit yang ada CPO, PKO, dan turun-turunan lainnya, semuanya bisa berlipat dua kali ke pasar Eropa.

Seperti diketahui, CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) merupakan dua produk utama turunan kelapa sawit yang banyak digunakan dalam industri makanan, kosmetik, hingga energi. Ekspor kedua produk tersebut ke Uni Eropa sering terhambat isu lingkungan dan keberlanjutan. Melalui kerja sama IEU-CEPA, pemerintah berharap sektor sawit nasional bisa berperan lebih besar dalam rantai pasok global yang berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa CPO Indonesia akan dikenakan tarif nol persen alias bebas bea masuk ke Eropa hingga 1 juta ton. Ini bagian dari kesepakatan IEU-CEPA yang kini memasuki tahap akhir, setelah melalui perundingan selama hampir satu dekade. 

"Untuk Indonesia, dalam perjanjian tersebut kami menyepakati dua komoditas, yaitu CPO dan palm kernel oil (PKO). Kami sepakat tentang kuota, untuk CPO sekitar 1 juta ton dan PKO tergantung pada ekspor tahun lalu ke Uni Eropa," ujar Airlangga Hartarto, di kantornya, Kamis (31/7/2025).

Dokumen kesepakatan IEU-CEPA dijadwalkan akan ditandatangani pada September 2025 saat kunjungan Komisioner Uni Eropa Maros Sefcovic ke Jakarta. Menko Airlangga mengaku sudah berbicara dengan Komisaris Maros Sefcovic bahwa beliau berencana ke Jakarta pada September ini untuk menandatangani dokumen tersebut.

Airlangga Hartarto memastikan seluruh poin dalam kesepakatan tersebut akan mulai berlaku efektif pada 2026. Termasuk pembebasan tarif untuk sekitar 80 persen produk ekspor Indonesia ke Eropa. "IEU-CEPA akan efektif, mudah-mudahan bisa dipercepat tahun depan." ***