EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,55 persen menjadi 8.416. Saham sektor properti membukukan penguatan terbesar, dan sebaliknya saham sektor basic material mencatat koreksi terparah.  Rupiah ditutup melemah di sekitar level Rp16.736 per dolar Amerika Serikat (USD).

Koreksi rupiah menyusul penguatan indeks USD akibat komentar pejabat the Fed cenderung hawkish sehingga melemahkan harapan akan penurunan suku bunga pada Desember 2025. So, Bank Indonesia (BI) ditaksir mempertahankan BI Rate 4,75 persen dalam rapat dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 November 2025. 

Sementara itu, pemerintah menambah guyuran dana pada sejumlah bank. Yaitu, Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI), dan Bank BNI (BBNI) masing-masing Rp25 triliun, lalu Rp1 triliun untuk Bank Jakarta. Indeks bursa Asia ditutup mixed. Investor mencermati eskalasi politik antara Tiongkok dan Jepang.

Itu setelah Tiongkok memperingatkan warganya tentang rencana perjalanan dan studi di Jepang. Kementerian Pendidikan Tiongkok menyatakan risiko keselamatan bagi warga negara Tiongkok di Jepang meningkat. Data pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III 2025 terkoreksi 0,4 persen dari kuartal II 2025 surplus 0,6 persen QoQ.

Namun, hasil itu masih lebih baik dari perkiraan dengan kontraksi 0,6 persen QoQ. Itu merupakan kontraksi kali pertama sejak kuartal pertama 2024, akibat pelemahan konsumsi masyarakat di tengah lonjakan harga. Secara teknikal, indeks bertahan di atas level MA5. Histogram positif MACD kembali mengalami kenaikan. 

Indikator Stochastic RSI membentuk golden cross di area overbought. So, indeks diperkirakan berpotensi melanjutkan penguatan menguji level 8.450-8.480. Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menjagokan saham Bank BRI (BBRI), Astra (ASII), Alam Sutera (ASRI), Mayora (MYOR), dan Wismilak (WIIM). (*)