EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak menguat terbatas. Itu dipicu pemberlakuan PPKM level tiga kembali. Efeknya, akan merusak ritme roda perekonomian. ”IHSG akan bergerak pada rentang support 6.750, dan resisten 6.840,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas, Rabu (9/2).


Kemarin IHSG terkoreksi, dan membentuk candle dengan rambut memanjang ke atas. Itu mengindikasikan bentuk spike meski belum terlalu tinggi, dan penurunan candle tidak melebihi setengah dari badan candle sebelumnya yang ditakuti bentuk reversal dari pola candle dark cloud cover. 


Meski begitu, ancaman untuk terjadinya reversal masih ada. ”Beberapa saham memiliki potensi kenaikan yaitu WSKT, BBRI, BBNI, AUTO, ASII, ISSP, PTPP, dan ADRO,” tambah Alwin Rusli.


IHSG minus 0,23 persen menjadi 6.789,52. Penurunan cadangan devisa negara menjadi USD141 miliar dari sebelumnya USD144 milia sebagai negatif perdagangan kemarin. Penurunan itu, terjadi setelah pemerintah melunasi utang luar negeri, dan pengurangan penempatan valuta asing di Bank Indonesia (BI). 


Posisi cadangan devisa itu, masih mampu membiayai tujuh bulan impor, dan di atas standar kecukupan internasional yaitu tiga bulan impor. Selain itu, penerapan PPKM level 3 dibeberapa kota besar juga berkontribusi terhadap sentimen negatif. Sektor penyebab koreksi IHSG yaitu kesehatan minus 2,42 persen, material dasar tekor 1,22 persen, dan transportasi anjlok 1,08 persen. Investor asing membukukan net buy Rp1,29 triliun, dengan saham paling banyak diburu BBRI, BMRI, dan BBNI.


Sementara itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street, menguat tersebab kenaikan sektor perbankan menyusul imbal hasil instrumen treasury AS 10 tahun mencapai level tertinggi sejak November 2019 lalu. Lompatan juga terjadi di tengah perkiraan kenaikan inflasi akan mencapai 7,3 persen, tertinggi dalam empat dekade terakhir. 


Namun, para investor masih yakin terhadap pertumbuhan ekonomi dapat mengimbangi inflasi tersebut. Itu terbukti pada saat pertumbuhan GDP kuartal 4 tahun lalu mencapai 5,5 persen. 


Sementara itu, bursa Asia pagi ini kembali diperdagangkan di zona hijau, Nikkei menguat 0,6 persen, dan Kospi menanjak 0,8 persen. Penguatan itu, karena dorongan bursa AS membuat optimisme pasar, meski berada di tengah tingkat kenaikan inflasi tinggi. (*)