Ikuti Pergerakan di Wall Street, Indeks Saham Asia Dibuka Melemah
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (18/4) dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu seiring imbal hasil (yield) obligasi yang kembali bergerak naik.
Lemahnya pergerakan indeks saham di Asia karena investor sibuk mencerna rilis laporan keuangan 1Q22 dari bank-bank besar seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley Citigroup dan Wells Fargo.
"Selain itu investor juga sibuk mempersiapkan diri menghadapi musim laporan keuangan yang semakin intens, dimana minggu ini 67 emiten dalam indeks saham S&P 500, termasuk Tesla, IBM, Netflix dan Snap dijadwalkan merilis laporan keuangan 1Q22," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Indeks saham utama di Wall Street mencatatkan penurunan selama 2 minggu beruntun karena sentimen pasar tertekan oleh perang di Ukrania, tekanan inflasi global dan antisipasi pengetatan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama di dunia. Minggu lalu, S&P 500 jatuh 2.13%, NASDAQ terpangkas 2.83% sementara DJIA turun tipis 0.8%.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun lompat 13 bps menjadi 2.83%, tertinggi sejak Desember 2018. Ini setelah Presiden bank sentral AS (Federal Reserve) John Williams mengatakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps di bulan Mei adalah pilihan yang tepat mengingat tingginya laju inlfasi dan betapa solidnya kondisi ekonomi AS saat ini.
Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah bergerak naik pada hari Kamis, sehingga kedua kontrak mencatatkan kenaikan mingguan pertama di bulan April. Kenaikan harga didorong oleh berita bahwa Uni Eropa (UE) akan mengimplementasikan secara perlahan larangan impor minyak asal Rusia untuk memberi waktu bagi Jerman dan negara-negara lain mencari alternatif pengganti pemasok minyak.
Untuk hari ini, Dustin memperkirakan investor menantikan rilis data ekonomi bulan Maret Tiongkok yang dapat memberikan gambaran mengenai perlambatan aktifitas ekonomi sebagai dampak dari kebijakan Lockdown.
"Perhatian investor utamanya akan terfokus pada data Produk Domestik Bruto (PDB) 1Q22 yang diprediksi tumbuh 4.4% Y/Y, lebih cepat dari pertumbuhan 4.0% Y/Y pada 4Q21. Karena kinerja ekonomi yang sangat baik dalam 2 bulan pertama tahun ini. Namun secara kuartalan (Q/Q), pertumbuhan PDB 1Q22 akan melambat menjadi 0.6% dari 1.6% di 4Q21," katanya.
Dari dalam negeri, investor menantikan rilis data Neraca Perdagangan Indonesia bulan Maret. Phillip Sekuritas memprediksi hari ini IHSG cenderung bearish di kisaran 7.125-7.270. Adapun saham yang direkomendasikan sebagai berikut.
CMPP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 710-720
Target Price 1 : 785
Target Price 2 : 845
Stop Loss : 625
ESIP
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 127-128
Target Price 1 : 146
Target Price 2 : 153
Stop Loss : 111
TRIN
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 462-466
Target Price 1 : 540
Target Price 2 : 570
Stop Loss : 394.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha