Industri Otomotif tidak Baik-baik Saja, Kemenperin Ungkap Fakta Ini
Ilustrasi mobil listrik dalam sebuah pameran otomotif. Dok. Gaikindo.
EmitenNews.com - Ternyata industri otomotif nasional tidak baik-baik saja. Lonjakan penjualan mobil listrik (electric vehicle/ EV) saat ini, tidak berarti menunjukkan industri otomotif RI dalam kondisi kuat. Kementerian Perindustrian menekankan industri otomotif membutuhkan insentif untuk memperkuat ekosistem industri dari hulu ke hilir.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief, mengemukakan hal tersebut dalam keterangannya kepada pers, seperti dikutip Selasa (2/12/2025).
Jubir Kemenperin mengemukkn, insentif tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan utilisasi produksi, melindungi investasi dan pekerja industrinya dari PHK, serta meningkatkan daya saing produk otomotif dalam negeri.
"Penjualan EV melonjak tajam pada periode Oktober-Januari tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun kenaikan penjualan ini sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor," kata Febri Hendri Antoni Arief.
Lihat saja. Dari total penjualan kendaraan EV tahun 2025, sebesar 69,146 unit atau 73 persennya merupakan kendaraan EV impor. Itu berarti, produksi dan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja industrinya ada di negara lain. Bukan di Indonesia tercinta.
Sedihnya lagi, segmen kendaraan lain yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki share terbesar dalam pasar industri otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan. Bahkan jauh di bawah jumlah produksi tahunan kendaraan pada segmen tersebut.
Jadi, menurut Febri, keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat dengan hanya mengandalkan indikator pertumbuhan kendaraan pada segmen tertentu. “Kami memandang bahwa dibutuhkan insentif untuk membalikkan keadaan tersebut."
Yang ada, penurunan tajam penjualan kendaraan bermotor roda empat jauh di bawah angka produksinya di saat penjualan kendaraan EV impor naik tajam. Itu fakta yang tidak bisa dihindari. Kondisi itu, harus menjadi indikator pertumbuhan industri otomotif nasional saat ini.
Satu hal lagi, banyaknya pameran tidak berarti industri otomotif sedang kuat. Sebaliknya, banyak pameran otomotif adalah upaya dan perjuangan industri untuk tetap mempertahankan demand di tengah anjloknya penjualan domestik. Langkah itu juga sekaligus untuk melindungi pekerjanya dari pemutusan hubungan kerja (PHK).
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, penjualan mobil sepanjang Januari-Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) hanya sebanyak 634.844 unit.
Terjadi penurunan 10,6% dibanding tahun lalu yang mencapai 711.064 unit. Sedangkan secara retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) tercatat sebanyak 660.659 unit pada Januari-Oktober 2025. Turun 9,6% dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.
Febri melihat, pelemahan pasar yang terjadi secara simultan dapat berdampak pada penurunan utilisasi pabrik, penurunan investasi, serta berpotensi mengancam keberlanjutan lapangan kerja di industri otomotif dan sektor komponen.
"Indikator paling mendasar untuk mengukur kesehatan industri otomotif adalah penjualan kendaraan ke pasar, bukan hanya pertumbuhan segmen tertentu atau besaran investasinya. Hal tersebut tidak mampu menggambarkan kondisi industri otomotif secara keseluruhan," tambah Febri.
Mulai tahun depan tidak ada lagi insentif untuk industri otomotif. Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah tidak akan melanjutkan insentif otomotif tahun depan lantaran industri dinilai sudah cukup matang. Wacana ini kemudian memunculkan kekhawatiran baru. Tanpa dukungan fiskal, harga mobil listrik hingga mobil berteknologi hybrid diprediksi akan melambung. ***
Related News
Pabrik Hilirisasi Kelapa Rampung 2026, Investasi China Rp1,6 Triliun
Tahun 2026 Tidak ada Lagi Insentif, Harga Mobil Bakal Melambung
Perkuat Rantai Pasok Industri, Astra Dukung Pengembangan IKM
Sambut Hari Pers Nasional 2026, IFG Geber Hajatan Ini
PMI Manufaktur Catat Angka Tertinggi Masuki Akhir Tahun
Penurunan Harga Minyak Nabati Dunia Tekan HR CPO Desember





