EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,45 persen menjadi 7.862. Secara teknikal, indikator Stochastic RSI mengalami death cross dalam area overbought. MACD mulai menunjukkan penurunan histrogram positif. 

Volume jual juga masih mendominasi. Sehingga diperkirakan indeks masih berpotensi melanjutkan koreksi menguji level support 7.800, dan sekaligus berpeluang menutup gap down. Sepanjang perdagangan hari ini, Rabu, 20 Agustus 2025, indeks akan menyisir area support 7.800, dan resistance 7.930. 

Investor akan menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hari ini, Rabu, 20 Agustus 2025, menurut konsensus akan mempertahankan BI Rate pada level 5,25 persen, setelah pada RDG Juli 2025 lalu menurunkan suku bunga 25 bps. BI diperkirakan masih berpeluang menurunkan suku bunga lagi tahun ini.

Itu dengan catatan kalau laju inflasi masih terkendali dalam kisaran target BI yaitu 1,5-3,5 persen. Inflasi Mei-Juli 2025 berturut-turut mengalami kenaikan hingga mencapai 2,37 persen YoY Juli 2025, merupakan inflasi tertinggi sejak Juni 2024, meski masih dalam kisaran target BI. 

Di sisi lain, investor global akan mencermati keputusan moneter bank sentral Tiongkok diperkirakan kembali mempertahankan loan prime rate 1 tahun pada level 3 persen, dan 5 tahun pada level 3,5 persen. Rezim suku bunga rendah itu, disinyalir sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Maklum, Tiongkok tengah menghadapi ancaman perang tarif, pelemahan daya beli, dan mendorong pemulihan sektor properti. Pemodal Inggris menanti rilis data inflasi Juli 2025 diperkirakan naik menjadi 3,7 persen dari edisi Juni 2025 di level 3,6 persen, merupakan level tertinggi sejak Januari 2024. 

Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Antara lain Charoen Pokphand (CPIN), London Sumatera Plantations (LSIP), Triputra Agro Persada (TAPG), Merdeka Copper Gold (MDKA), Bumi Resources Minerals (BRMS), dan Petrosea (PTRO). (*)