EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (14/2) dibuka melemah setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu turun tajam selama dua hari beruntun. Sehingga secara mingguan S&P 500 jatuh 1.8% sementara NASDAQ terpangkas 2.2%.


Penurunan indeks saham ini menurut analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, karena investor mencari rasa aman pada surat utang Pemerintah AS.

"Penurunan indeks juga disebabkan investor menjauhi aset berisiko tinggi seperti saham, sebuah fenomena yang di sebut dengan flight-to-safety, seiring dengan semakin tingginya ketegangan antara Rusia dan Ukrania," tambahnya.

AS telah mengeluarkan peringatan bahwa Rusia siap melakukan aksi militer yang bersifat ofensif terhadap Ukraina minggu ini. Inggris dan AS telah memerintahkan warga negaranya untuk mengungsi atau keluar dari Ukrania.

Akibatnya, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun merosot 9 bps menjadi 1.92% dari sekitar 2% pada hari Kamis.

Jika Ukraina diserang Rusia, investor meyakini bank sentral AS (Federal Reserve) tidak akan segalak (hawkish) yang diperkirakan. "Karena pecahnya perang akan menambah sumber ketidakpastian di pasar," tambah Dustin.

Sebelumnya, investor mempertimbangkan (price-in) kenaikan suku bunga acuan sebesar 0.50% di bulan Maret dan mempunyai harapan kecil bahwa suku bunga acuan hanya akan naik sebesar 0.25%. Investor juga sudah membayangkan bahwa suku bunga acuan akan berada di kisaran 1.75% - 2.00% pada akhir tahun ini.

Dari sisi makroekonomi, data memperlihatkan kekhawatiran terhadap inflasi sudah mulai menekan sentimen konsumen di AS. Perhitungan awal (Preliminary) data Consumer Sentiment Index yang dirilis oleh University of Michigan turun ke level 61.7 di bulan Februari, terendah sejak Oktober 2011, dari level 67.2 pada bulan Januari.

Sub-indeks yang mengukur Kondisi Ekonomi Saat Ini (Current Economic Conditions) turun ke level 68.5, terendah sejak 2011. Sub-indeks yang mengukur Ekspektasi Konsumen (Consumer Expectations) turun ke level 57.4, juga terendah dalam lebih dari satu dekade.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik tajam dengan harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis Brent naik 3.3% menjadi USD94.44 per barel setelah pada satu titik sempat menyentuh USD95 per barel untuk pertama kali sejak 2014.

Phillip Sekuritas memprediksi IHSG hari ini (14 February 2022) cenderung bearish bergerak di rentang support 6.780 - resistance 6.835. Berikut data teknikal saham yang direkomendasikan.

UNTR
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Sideways
Trade Buy : 23225
Target Price 1 : 24475
Target Price 2 : 25225
Stop Loss : 22050

TOBA
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1625
Target Price 1 : 1735
Target Price 2 : 1800
Stop Loss : 1515

SGER
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1405
Target Price 1 : 1485
Target Price 2 : 1585
Stop Loss : 1335

MDKA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 3600
Target Price 1 : 3700
Target Price 2 : 3740
Stop Loss : 3500.(fj)