Jaga Produktivitas Pangan, BRIN Kembangkan Vaksin Ikan
Ilustrasi ikan tangkapan nelayan. Dok. Info Publik.
EmitenNews.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah fokus meneliti pengembangan vaksin dan obat ikan, serta metode deteksi penyakit dan resistensi antimikroba. Peneliti dari Pusat Riset Veteriner (PRVet) BRIN Angela Mariana Lusiastuti mengungkapkan penelitian itu untuk menjaga tingkat produktivitas pangan akuatik.
“Mengelola kesehatan ikan budi daya menjadi semakin penting, karena wabah penyakit pada budi daya ikan dapat mengurangi produktivitas dan profitabilitas,” kata Angela Mariana Lusiastuti dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (12/12/2024).
Penting dicatat vaksin cair memiliki kelemahan, yaitu tidak praktis dan mudah rusak selama penyimpanan dan pengangkutan. Oleh karena itu pihak BRIN mengembangkan vaksin beku-kering berlapis kitosan yang dinilai memiliki sejumlah kelebihan.
"Mudah dimobilisasi. Mampu mempertahankan kualitas dan efektivitas vaksin pada suhu panas, serta pengangkutan yang memerlukan jarak jauh,” ungkapnya.
Hewan akuatik seperti ikan merupakan sumber protein hewani lebih rendah lemak daripada sumber protein hewani lainnya. Selain itu juga mengandung Omega-3 yang tidak diproduksi oleh tubuh, sehingga ini menjadi salah satu kunci dalam mencegah stunting.
Menurut Angela Mariana Lusiastuti ikan berminyak mengandung asam lemak Omega-3 yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Contohnya, ikan yang tulangnya dapat dimakan seperti sarden, merupakan sumber vitamin D yang berharga. Konsumsi ikan yang tinggi telah dikaitkan dengan penurunan risiko beberapa penyakit autoimun.
Selain vaksin, perlu dilakukan pengembangan dan kolaborasi penelitian terhadap penyakit zoonosis. Penyakit ini muncul kembali akibat kontaminan seperti toksin, logam berat, hormon, pestisida, dan bahan kimia lainnya.
Pengendali Ekosistem Hutan Kementerian Kehutanan, Dedi Chandra menekankan pentingnya ketahanan pangan akuatik di tengah ancaman perubahan iklim.
Dedi Chandra menyoroti standar kesehatan ikan dari World Organisation for Animal Health (WOAH) yang mencakup pencegahan penyakit, deteksi dini, pelaporan, hingga pengendalian untuk memastikan keamanan perdagangan internasional produk perikanan.
Standar ini diperlukan dalam memastikan keamanan perdagangan internasional untuk hewan akuatik dan produk hewan akuatik, sembari menghindari hambatan sanitasi yang tidak dapat dibenarkan.
"Tujuan dari adanya standar akuatik adalah peningkatan keamanan dan kesehatan hewan akuatik di seluruh dunia," kata Dedi Chandra. ***
Related News
Kurangi Kemacetan Rute Puncak Bogor, Kemenhub akan Sediakan Bus Khusus
Deforestasi, FWI Nilai Indonesia tidak Serius Lindungi SDA
Kasus Harun Masiku, KPK Cegah Hasto dan Yasonna ke Luar Negeri
Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2025
Kemenhub Berangkatkan 93 Bus Mudik Gratis Angkutan Nataru 2024/2025
3 Hakim Vonis Bebas Ronald Tannur Hadapi Sidang Kasus Suap Rp4,67M