EmitenNews.com - Anak usaha Telkom (TLKM) yaitu PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), yang fokus pada bisnis menara, meraup laba bersih Rp1,02 triliun pada Semester I-2023, atau meningkat 14,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp892 miliar.
Peningkatan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 10,8% menjadi Rp4,13 triliun. Kontribusi terbesar masih dari bisnis tower yang meraih pendapatan Rp3,76 triliun baik dari tower leasing maupun reseller, yang didorong oleh ekspansi menara yang agresif, di antara para emiten menara lainnya.
Pada akhir Semester I-2023 MTEL memiliki 36.719 menara meningkat 27,6% dari periode yang sama tahun lalu. Terdapat penambahan menara baru sejumlah 1.301 yang mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Lokasi menara telekomunikasi juga tersebar merata di seluruh nusantara. Bahkan dibandingkan kompetitornya, MTEL sangat dominan di luar pulau Jawa. Selain alasan menjalankan mandat sebagai agen pembangunan dan pemerataan ekonomi, cucu BUMN ini juga menilai permintaan di luar Jawa bakal meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Sebanyak 15.354 menara berada di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6% menjadi 54.718 tenant. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar jawa sebesar 26%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22%.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan ukuran usaha atau skala ekonomi menjadi salah satu kunci dalam memenangkan persaingan dalam bisnis menara. "Kami mulai memetik hasil dari ekspansi yang tercermin pendapatan yang tumbuh secara stabil dan berkelanjutan," ujar Teddy, sapaan akrabnya, Jumat (28/7/2023).
Teddy menjelaskan ekspansi yang dilakukan MTEL adalah menjadi pengelola menara telekomunikasi yang independen, alias tidak dimiliki oleh salah satu operator telekomunikasi tertentu. Hal ini sekaligus memposisikan MTEL sebagai konsolidator dari kebutuhan menara operator seluler.
Dampaknya, ekspansi yang dilakukan oleh operator menjadi lebih efisien karena tidak perlu membangun tower baru. Mereka cukup menggunakan tower Mitratel yang sudah ada. "Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi," ujar Teddy.
Bukan hanya dari menara, Mitratel yang mulai bertransformasi menjadi Digital Infrastructure Company juga mendulang pendapatan dari unit bisnis lain, seperti fiber optic to tower. Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optic milik Mitratel tercatat 27.269 km termasuk hasil dari akuisisi fiber sepanjang 6.012 km pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp86 miliar dari bisnis tower fiberization.
Related News
SGER Amankan Lagi Kontrak Pasok Batu Bara ke Vietnam Rp705M
Tempo Scan (TSPC) Bagikan Dividen Interim Rp112,7M, Telisik Jadwalnya
Emiten Prajogo (PTRO) Gelar Stock Split 1:10 Saham Bulan Depan
Bergerak Liar, BEI Akhirnya Gembok Saham KARW
Petinggi Emiten TP Rachmat (DRMA) Tampung Lagi Rp1.065 per Lembar
Bos PPRI Lego Saham Lagi, Kali Ini 30 Juta Lembar Harga Atas