Khawatirkan Dampak Inflasi, Indeks Saham Asia Dibuka Terjerembab
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Kamis (19/5) dibuka turun tajam mengikuti kejatuhan indeks saham utama di Wall Street. CBOE Volatility Index (VIX), indikator yang digunakan untuk mengukur rasa takut investor, semalam naik ke level 29.54 setelah turun selama 6 hari beruntun.
"Investor mempertimbangkan dampak dari inflasi yang tinggi pada laba korporasi dan prospek pengetatan kebijakan moneter pada pertumbuhan ekonomi," kata analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Data terkini memperlihatkan bahwa tingkat inflasi di Inggris mencapai 9%, tertinggi sejak 1982. Sementara tingkat inflasi di Kanada mencapai 6.8%, tertinggi dalam 3 dekade, sehingga memperbesar tekanan pada bank sentral di negara-negara tersebut untuk menaikkan suku bunga secara agresif di bulan-bulan mendatang.
Di AS, laporan keuangan 1Q22 dari sejumlah perusahaan ritel besar seperti Target dan Walmart keluar mengecewakan dan memberi sorotan pada dampak inflasi terhadaap profitabilitas korporasi.
Sejauh ini di tahun 2022, indeks S&P 500 berada sekitar 18% di bawah level penutupan tertingginya yang tercatat pada tanggal 3 Januari, hampir memasuki fase bearish market. Dalam kurun waktu yang sama, DJIA merosot sekitar 14% di bawah level tertingginya. NASDAQ semakin jatuh ke dalam pelukan bearish market dengan anjlok 28% di bawah level penutupan tertingginya pada bulan November 2021 lalu.
Di pasar obligasi, meskipun sempat menembus 3% di awal sesi perdaganagan, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 9 bps menjadi 2.88%. "Karena investor mencari rasa aman dari aksi jual di pasar saham," urai Dustin.
Selain itu, pelemahan di data pasar perumahan AS juga turut memberi tekanan pada yield. Jumlah proyek pembangunan rumah yang baru di mulai di AS (Housing Starts) turun 0.2% M/M di bulan April menyusul penurunan 2.8% M/M pada bulan Maret. Building Permit (Izin Mendirikan Bangunan) turun 3.2%, lebih besar dari estimasi setelah tumbuh 0.3% di bulan Maret.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah turun lebih dari 2% setelah data Pemerintah AS memperlihatkan kilang minyak di AS meningkatkan volume produksi mereka sehingga mengikis kekhawatiran mengenai kelangkaan pasokan.
Harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis Brent di tutup lebih rendah dari harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis WTI untuk pertama kali sejak Mei 2020.
Untuk perdagangan di BEI hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG cenderung bearish di rentang support 6.690 - resistance 6.850. Adapun saham yang direkomendasikan adalah sebagai berikut.
BSML
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 1590
Target Price 1 : 1840
Target Price 2 : 1950
Stop Loss : 1355
JSMR
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 3820
Target Price 1 : 3970
Target Price 2 : 4030
Stop Loss : 3600
WIIM
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 505
Target Price 1 : 540
Target Price 2 : 560
Stop Loss : 474
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha