EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup turun 0,18 persen menjadi 6.915. Laporan keuangan sejumlah bank BUMN dengan koreksi laba per Mei 2025 menjadi salah satu penyebab. Itu salah satu alasan investor melakukan profit taking. 

Selain itu, disinyalir investor cenderung melakukan trading jangka pendek, menjelang masa  penawaran initial public offering (IPO) secara masif. Laporan kinerja APBN semester I 2025 menunjukkan pendapatan negara Rp1.201 triliun, dan diperkirakan hanya Rp2.865,5 triliun atau 95,4 persen dari target pada akhir tahun.

Sedang belanja negara pada semester pertama 2025 mencapai Rp1.407 triliun, dan diperkirakan mencapai Rp3.527,5 atau 97,4 persen dari target pada akhir 2025. Sehingga defisit APBN diperkirakan mencapai 2,78 persen dari product domestic bruto (PDB), lebih besar dari target 2,53 persen PDB. 

Selain itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh 4,8-5,0 persen di bawah target 5,2 persen. Realisasi APBN di bawah target per semester I tersebut, inflasi Juni 2025 lebih tinggi dari perkiraan, dan terdapat ketidakpastian tarif impor, diperkirakan menjadi faktor negatif bagi pergerakan indeks. 

Secara teknikal, indeks diperkirakan cenderung konsolidasi. Sepanjang perdagangan hari ini, Selasa, 2 Juli 2025, indeks akan mengitari level 6.840-7.000. Menanti katalis baru untuk menentukan arah. Selama belum ada breakout dari area tersebut, pergerakan indeks cenderung terbatas, dan rawan pullback teknikal.

Berdasar data dan fakta tersebut, Phintraco Sekuritas menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi sejumlah saham berikut. Yaitu, Medco Energi (MEDC), Map Aktif (MAPA), Unilever Indonesia (UNVR), Mayora Indah (MYOR), dan Indofood Sukses Makmur (INDF). (*)