IHSG masih melanjutkan penguatannya pada akhir perdagangan kemarin, dengan ditutup menguat 0,84 persen atau 54,72 poin di level 6.578. Seluruh indeks sektoral berakhir di zona hijau dipimpin sektor tambang (+1,71 persen), infrastruktur (+1,39 persen), dan finansial (+1,14 persen) . Investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp220,99 miliar. Bursa saham di Asia Tenggara juga bergerak positif (indeks FTSE Straits Time Singapura +0,91 persen, indeks FTSE Malay KLCI +0,16 persen, indeks PSEi Filipina +0,97 persen, dan indeks SE Thailand +0,12 persen). Di bursa saham Jepang, indeks Topix dan Nikkei 225 sama-sama ditutup melemah, akibat tertekan apresiasi mata uang yen yang membebani prospek kinerja eksportir. Sementara di kawasan Asia lainnya, indeks Kospi berakhir menguat +0,41 persen, indeks Shanghai Composite naik +0,98 persen, dan indeks Hang Seng naik +1,29 persen. Secara keseluruhan bursa saham Asia berhasil memperpanjang reboundnya dari penurunan mingguan terbesarnya dalam lebih dari enam tahun. Sektor teknologi informasi memimpin penguatan seluruh industri, ditopang kenaikan saham Tencent dan Samsung. Di Amerika Serikat. Indeks Dow Jones Industrial Average (+0,16 persen), indeks S&P 500 (+0,26 persen), dan indeks Nasdaq Composite (+0,45 persen) ditutup menguat. Wall Street berhasil menguat pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (13/2/2018), ditopang saham Amazon.com dan Apple. Pergerakan indeks saham acuan AS tersebut sebelumnya terdampak kekhawatiran menjelang rilis data inflasi AS. Investor fokus pada data inflasi yang akan dirilis hari ini waktu setempat, yang dapat melemahkan pemulihan pasar saat ini ataupun kenaikan lanjutan.
- DMAS Targetkan Marketing Sales Rp 1.25 Triliun
- Belanja Modal BSDE Rp 4 Triliun
- WSKT Suntik Modal Waskita Bumi Wira
- Laba Bersih BBTN Naik 15.59%
- DOID Targetkan Kinerja Tumbuh Lebih Dari 10%
- KLBF Tingkatkan Dividen
Related News
IPO SUPA dan Ledakan ARA: Standar Baru Ecosystem Banking Kah?
Pajak Ekspor Batubara: Sinyal Kritis Kompresi Marjin Komoditas?
Prospek BREN: Inkremental vs Valuasi Didorong Scarcity
BREN: Anomali Valuasi atau Masa Depan Hyper-Growth EBT?
Di Balik BREN: Mengukur Kredibilitas dan Skin in the Game Manajemen
Benarkah BREN Bukan Saham Biasa? Cek Pilar Baseload-nya!





