EmitenNews.com -Dalam sebuah kesempatan, Lo Kheng Hong yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia mengatakan bahwa menabung akan membuat kita secara perlahan  jatuh dalam kemiskinan. Hal ini diungkapkannya dalam acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) tertanggal 11 Februari 2024, “Menyimpan uang di bank sebetulnya membuat kita miskin secara pelan-pelan karena nilai uang kita semakin hari semakin turun”.

Tentu saja pernyataan ini terdengar ‘aneh’, terlebih bila mengingat masa kecil kita yang selalu diajarkan orang tua dan guru untuk menyisihkan uang yang kita miliki sekarang agar bisa dimanfaatkan di masa depan. Jadi apakah menabung membuat kita secara perlahan jatuh miskin? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita analisa lebih dalam dengan melihat berbagai sudut pandang mengenai tema ini.

Menabung secara sederhananya berarti menyisihkan uang yang dimiliki untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk kepentingan masa depan. Menabung biasanya dilakukan secara tradisional (misalnya menabung di celengan atau bisa juga menaruh di bawah kasur), maupun konvensional dengan menyimpannya di bank. Menabung sering dianggap sebagai landasan stabilitas keuangan pribadi, hal ini dikarenakan dengan menabung, seseorang bisa menggunakan uang yang disimpannya untuk kebutuhan yang mendesak, membeli aset, atau bahkan digunakan untuk persiapan pensiun. 

Uang yang ditabung secara tradisional maupun konvensional memiliki kelebihan bisa ditarik kapan saja, sesuai dengan keinginan pemilik. Kekurangan menabung secara konvensional adalah minimnya bunga yang diberikan, sedangkan pada menabung tradisional tidak adanya bunga yang didapatkan.

Tentu saja dengan fakta di atas, menabung dalam bentuk tunai bisa menyebabkan kerugian jangka panjang. Alasan utama yang sering diajukan adalah inflasi. Uang yang disimpan dalam bentuk tabungan bisa kehilangan nilainya seiring waktu. Inflasi adalah peningkatan umum harga barang dan jasa dalam perekonomian, yang pada akhirnya mengurangi nilai mata uang. Jika tingkat inflasi tahunan adalah 4%, maka uang yang Anda miliki saat ini akan kehilangan 4% nilainya setiap tahun. Misalnya setiap tahun kita menabung sebanyak Rp1 juta selama 10 tahun itu artinya kita akan mengumpulkan uang sebesar Rp10 juta. Dengan adanya inflasi 4% pertahun membuat uang yang kita miliki sebesar 10 juta akan tergerus nilainya menjadi Rp. 8.110.896 atau uang kita tergerus sebesar Rp1.889.104.

Oke. Bank seperti diungkapkan di atas mungkin akan memberikan bunga untuk tabungan kita, namun seringkali bunga ini lebih rendah dari tingkat inflasi. Dengan demikian, nilai riil dari uang kita menurun, meskipun jumlahnya tetap bertambah. Contohnya, jika bank memberikan kita bunga 3% pertahun, sementara inflasi berada di angka 5%, maka sebenarnya kita mengalami penurunan daya beli sebesar 2% setiap tahun!

Salah satu faktor yang sering dilupakan banyak orang adalah pentingnya literasi keuangan. Kebanyakan orang menabung tanpa memahami sepenuhnya bagaimana uang bekerja. Kebanyakan dari kita berpikir bahwa dengan menabung, kita sudah melakukan hal yang benar secara finansial, padahal dalam realitasnya menabung sama saja dengan membiarkan uang kita tergerus inflasi. Selain itu, kurangnya literasi keuangan juga menyebabkan orang takut berinvestasi karena khawatir akan risiko yang didapatkannya.

Salah satu alasan utama munculnya gagasan bahwa menabung membuat miskin adalah karena banyak orang yang gagal membedakan antara menabung dan investasi. Menabung pada dasarnya adalah tindakan menyimpan uang dengan risiko yang sangat rendah, tapi dengan imbal hasil yang juga rendah. Sebaliknya, investasi melibatkan risiko yang lebih tinggi, namun dengan potensi imbal hasil yang jauh lebih besar.

Jika seseorang menabung tanpa berinvestasi, maka uang tersebut tidak bekerja untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Misalnya, jika Anda hanya menyimpan uangnya di bank dengan bunga rendah, sementara inflasi meningkat, maka daya beli uang tersebut akan berkurang seiring waktu. Sebaliknya, jika uang tersebut diinvestasikan dalam aset yang menghasilkan, seperti saham, obligasi, atau properti, ada potensi untuk menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat inflasi, sehingga menjaga atau bahkan meningkatkan daya beli.

Menabung tentu saja tidak bisa dikatakan akan membuat seseorang secara perlahan jatuh dalam kemiskinan, tetapi menabung tanpa perencanaan yang baik akan menjadi masalah. Kunci menghindari ‘Menabung membuat kita secara perlahan jatuh miskin’ adalah dengan menerapkan prinsip manajemen keuangan yang seimbang, dalam artian kita tidak hanya menabung, tetapi juga mengalokasikan uang yang kita miliki ke berbagai instrumen keuangan yang dapat menghasilkan pendapatan pasif. Ambil contoh kita berinvestasi di saham atau reksadana yang dapat memberikan pengembalian dana yang lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan uang di tabungan, investasi properti juga bisa menjadi cara efektif untuk melindungi kekayaan dari inflasi.

Manajemen keuangan yang seimbang juga melibatkan pemahaman kapan kita harus menabung dan kapan harus menginvestasikan uang. Menabung tetap penting untuk dana darurat dan kebutuhan jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang, investasi adalah kunci untuk meningkatkan nilai kekayaan. Seseorang yang melek keuangan dapat mengelola uangnya dengan bijaksana, memaksimalkan potensi keuntungan, dan meminimalkan risiko kehilangan nilai.

Pada akhirnya, menabung tidak akan membuat kita miskin jika dilakukan secara bijak dan disertai perencanaan keuangan yang matang. Menabung tetap penting, tapi jangan dijadikan satu-satunya strategi kita dalam mengatur keuangan. Sebaiknya, tabungan dikombinasikan dengan investasi yang lebih produktif, sehingga uang yang kita miliki bisa berkembang seiring waktu. Menabung dengan bijak dan berinvestasi dengan cerdas adalah kombinasi yang ideal untuk mencapai kestabilan dan kebebasan finansial di masa depan.