EmitenNews.com - PT Surya Esa Perkasa (ESSA), perusahaan bergerak bidang energi dan kimia melalui kilang Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan pabrik Amoniak, sepanjang kuartal pertama 2022 mencatat pendapatan USD159 juta, melejit 132 persen dari periode sama tahun lalu USD68,51 juta. Itu disumbang bisnis amoniak 92 persen, dan bisnis LPG berkontribusi 8 persen. 


Pasar komoditas global mengalami kenaikan harga tajam karena ekspektasi pemulihan global terus berlanjut dengan harga tetap tinggi karena pasokan terbatas tersebab perang Rusia-Ukraina. Harga realisasi amoniak berada di USD815 per metrik ton (MT), meningkat 173 persen dibanding periode sama tahun lalu. 


Sementara harga realisasi LPG berada pada USD798 per MT, melesat 37 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sisi operasional, produksi amoniak tercatat 186.474 MT dengan tingkat utilisasi pabrik 115 persen. Produksi LPG 15.578 MT dengan ketersediaan pabrik 99,8 persen. Kemudian, perseroan mencatat EBITDA USD69,1 juta, naik 126 persen dari periode sama tahun lalu. 


Beban terkumpul USD92,82 juta, melesat 92,33 persen dari periode sama tahun lalu USD48,26 juta. Beban penjualan melambung 2680 persen menjadi USD2,61 juta dari edisi sama tahun lalu USD94 ribu. Laba kotor tercatat USD66,20 juta, menanjak 226,91 persen dari periode sama tahun lalu USD20,25 juta. 


Laba bersih tercatat USD25,91 juta, meroket 304,84 persen dari periode sama tahun lalu hanya USD6,4 juta. Laba per saham dasar melambung 295 persen menjadi USD1,771 per lembar dari periode sama tahun lalu USD,0448 per lembar. Total ekuitas USD346,86 juta, naik 15 persen dari edisi sama tahun lalu USD300,78 juta.


Jumlah liabilitas turun menjadi USD508,50 juta, dari periode sama tahun USD508,51 juta. Total aset melejit 5,68 persen menjadi USD855 juta dari periode sama tahun lalu dengan total aset senilai USD809 juta.     


Presiden Direktur Surya Esa, Vinod Laroya, menyebut harga amoniak & LPG lebih tinggi ditambah keunggulan operasional menyebabkan kinerja kuartal I-2022 sangat kuat. Fokus pada energi bersih terus berlanjut karena saat ini sedang dalam proses studi kelayakan untuk Blue Ammonia dengan JOGMEC, Mitsubishi Corporation, dan ITB dan berharap segera memulai perjalanan yang sangat ditunggu-tunggu ini. 


Selanjutnya, perseroan akan tetap berhati-hati dalam pendekatan menuju pemulihan ekonomi, terus fokus pada keunggulan operasional, dan mengendalikan biaya untuk memberikan pertumbuhan berkelanjutan di masa depan. ”Kami berharap kinerja makin meningkat,” harap Vinod. (*)