EmitenNews - Secara valuasi, IHSG akan ada dalam posisi wajar di level 6300 untuk tahun 2018 dan di 2019 bisa mencapai 6800. Namun, IHSG akan melewati tantangan yang relatif berat dari sisi eksternal dan internal. Demikian analisa MNC Asset Management. Secara eksternal, perang dagang, tren naik suku bunga global, dan hal lain yang diluar prediksi. Secara internal yakni tahun politik hingga pilpres 2019, pelemahan rupiah, dan kenaikan harga minyak. Meski demikian, lndonesia relatif memiliki fundamental ekonomi yang kuat untuk melewati tantangan yang ada. Cadangan devisa relatif kuat, 6,8 bulan impor di bulan Agustus 2018 di atas standar international. Faktor kualitatif lain, kedua kandidat sangat mendukung ekonomi, dan adanya kedewasaan jelang pesta demokrasi untuk mengedepankan kampanye damai. Target IHSG hingga akhir tahun, berada di kisaran 6000 hingga 6300. Implikasinya IHSG dibawah 6000 cukup menarik, dan dapat dikatakan undervalued. Perang Dagang Amerika Serikat dan China dan beberapa negara lain, tetap menjadi risiko yang harus diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global, fluktuasi nilai tukar, serta ekspor dan impor termasuk Indonesia. Tren kenaikkan suku bunga global Amerika Serikat, Eropa, Inggris, Jepang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar serta aliran dana investor asing. Untuk suku bunga, Federal Reserve menaikkan kisaran target untuk tingkat dana federal sebesar 25bps menjadi 2 persen menjadi 2,25 persen selama pertemuan September 2018, sejalan dengan ekspektasi pasar. /fsp
Related News
Efek BI Rate ke Saham: Sektor Apa yang Bakal Cuan di Tahun 2026?
BI Rate 4,75 Persen: Strategi atau Sinyal Badai Pasar Saham 2026?
Prospek SUPA: PBV Menarik, Tapi Siapkah Hadapi Risiko NPL UMKM 2026?
Flywheel Superbank: Akankah AI dan Ekosistem Grab Jadi Moat Abadi?
Fundamental: Evolusi Ekosistem Grab-Emtek jadi Turnaround Superbank!
IPO SUPA dan Ledakan ARA: Standar Baru Ecosystem Banking Kah?





