EmitenNews.com - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, juga dikenal sebagai PGN (PGAS), sedang giat mengembangkan pemanfaatan biomethane yang dihasilkan dari limbah kelapa sawit, atau Palm Oil Mill Effluent (POME), di Indonesia. 

Dalam rangka pelaksanaannya, PGN bekerja sama dengan anak usahanya, yaitu PT Gagas Energi Indonesia (Gagas), untuk melanjutkan kolaborasi pemanfaatan biomethane terkompresi (Bio-CNG) dengan PT KIS Biofuels Indonesia (KIS).


Ini merupakan kerja sama pertama di Indonesia dalam pemanfaatan Bio-CNG untuk pelanggan ritel. Dalam tahap awal, KIS akan menyuplai sekitar 36.500 MMBTU pada tahun pertama kepada Gagas, dan jumlah ini dapat meningkat hingga 100% pada tahun kelima.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, menyatakan bahwa kerja sama ini adalah tindak lanjut dari memorandum of understanding (MoU) antara PGN dan KIS yang ditandatangani dalam ajang G20 di Bali pada tahun 2022. 


Dia menegaskan bahwa hal ini mencerminkan komitmen PGN untuk memperluas penggunaan energi ramah lingkungan dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia, sekaligus menjadi contoh bagi pemanfaatan sumber daya terbarukan yang berkelanjutan.

“Kerja sama pemanfaatan Bio-CNG antara Gagas dan KIS untuk pelanggan ritel adalah langkah baru yang kami lakukan untuk mendukung pemerintah guna mencapai target Net Zero Emission di 2060” kata Rosa, dikutip Minggu (15/1).


Bio-CNG, menurutnya, memiliki potensi penggunaan jangka panjang, baik dalam sektor transportasi maupun komersial, serta memiliki peluang besar dalam model ritel. Hal ini dapat membuka layanan ke titik-titik ekonomi baru yang sebelumnya belum terjangkau oleh jaringan pipa gas bumi.

"Pengembangan proyek Bio-CNG berpotensi menjadi sumber energi terbarukan yang dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan lebih ramah lingkungan," ujar Rosa.


PGN merencanakan bahwa Bio-CNG dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan pasokan gas bumi di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan sekitarnya. Karakteristik Bio-CNG yang mirip dengan gas bumi memungkinkan adanya fleksibilitas mekanisme swap atau pertukaran antara keduanya, termasuk pemanfaatan infrastruktur yang dimiliki PGN.

Kerja sama antara Gagas dan KIS diresmikan pada akhir 2023 dan diperkuat melalui pertemuan antara PGN, KIS, dan Gagas pada 10 Januari 2024. Dalam skema kerja sama ini, KIS akan mengolah limbah cair kelapa sawit untuk menghasilkan gas yang serupa dengan gas bumi. Gas tersebut kemudian akan dikompresi dan digunakan oleh Gagas untuk didistribusikan kepada pelanggan komersial dan industri.


Direktur KIS, K.R. Raghunath, menyatakan bahwa kerja sama ini akan memperkuat industri biomethane di Indonesia dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menangkap metana dari limbah cair kelapa sawit. Proyek ini diharapkan dapat mendukung Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission.

Direktur Utama Gagas, Muhammad Hardiansyah, menekankan peran Gagas sebagai penyedia energi ramah lingkungan melalui moda Beyond Pipeline. Dia menyatakan bahwa pasokan energi dari Gagas, kali ini berasal dari sumber yang lebih berkelanjutan, yakni limbah cair kelapa sawit yang telah diolah oleh KIS menjadi biomethane, yang akan diangkut dalam bentuk BioCNG.


"Langkah awal kerja sama akan dilakukan di daerah Pekanbaru, Riau. Jika berjalan lancar, kerja sama ini akan diperluas ke wilayah lain di Indonesia, seperti Bangka Belitung, Sumatera, dan Kalimantan," tambah Hardiansyah.