Blok Masela adalah proyek game changer. Selain berpotensi menyumbang penerimaan negara yang signifikan, proyek ini menyerap lebih dari 12 ribu tenaga kerja di fase konstruksi dan hampir 850 pekerja di fase operasional. 

“Artinya, multiplier effect-nya nyata untuk mendorong ekonomi nasional sekaligus pemerataan pembangunan di wilayah timur Indonesia,” kata Beniyanto Tamoreka anggota Komisi XII DPR RI yang membidangi urusan Energi dan Sumber Daya Mineral.

Blok Masela memiliki kelebihan lainnya, yaitu kontribusi fiskal serta penerapan integrasi Carbon Capture and Storage (CCS). 

Dari sisi kontribusi fiskal, Blok Masela berpotensi menjadi salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari sektor migas dalam dekade. Pasalnya, Proyek LNG Abadi ini memiliki proyeksi produksi LNG dan gas pipa yang besar.

Karena itu, pentingnya desain kebijakan fiskal yang memastikan negara memperoleh porsi optimal dari nilai tambah proyek, baik melalui penerimaan langsung maupun efek turunan di sektor industri.

“Investasi sebesar ini jangan hanya menguntungkan korporasi. Negara harus hadir melalui regulasi fiskal yang adil agar penerimaan dari pajak, bagi hasil, maupun domestic market obligation benar-benar optimal,” ucapnya.

Dari langkah integrasi CCS, Beniyanto menilai penerapan teknologi tersebut di Blok Masela merupakan langkah maju yang akan menjadikan Indonesia sebagai pelopor migas berkelanjutan di kawasan.

Integrasi CCS dinilai akan memperkuat daya saing LNG Indonesia di pasar global, terutama di tengah tuntutan transisi energi.

“Kalau Masela sukses dengan CCS, kita bukan hanya menghasilkan LNG, tapi juga reputasi global bahwa Indonesia mampu memproduksi energi bersih dengan nilai tambah tinggi,” katanya lagi.

Satu hal, agar kontribusi Blok Masela terhadap APBN dan lapangan kerja berjalan optimal, Beniyanto meminta pemerintah segera menyiapkan payung hukum jelas mengenai insentif CCS, skema fiskal migas, serta monitoring manfaat ekonomi jangka panjang. ***