Saham BBRI Sudah Terkoreksi Selama 8 Hari, Market Cap Disalip BYAN nih

EmitenNews.com—Penurunan IHSG yang disebabkan oleh capital outflow yang cukup signifikan meninggalkan pasar saham indonesia berdampak pada perubahan kapitalisasi pasar beberapa emiten besar. Khususnya emiten perbankan yang dalam menyambut awal tahun 2023 ini sudah mengalami koreksi cukup dalam.
Kapitalisasi pasar (market cap) PT Bayan Resources Tbk (BYAN) kembali merangsek ke urutan kedua, mengalahkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Hal ini terjadi setelah harga saham BBRI mencatatkan penurunan dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), market cap saham BYAN relatif stabil di level Rp 688 triliun pada penutupan perdagangan saham, Rabu (11/1/2022). Sebaliknya kapitalisasi pasar saham BBRI turun menjadi Rp 657 triliun. Sedangkan urutan teratas masih dipegang PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap Rp 992 triliun.
Saham BBRI yang pada penutupan tahaun lalu masih ada di level 4.940 harus rela terjun ke level 4.380 per saham dalam hitungan 8 hari bursa hingga Rabu 11 Januari 2023.
Selama delapan hari transaksi saham di BEI tahun ini terungkap saham perbankan mencatatkan penurunan dalam. Saham BBRI telah turun mencapai 11,3%, saham BMRI terkoreksi 9,8%, BBNI sebesar 7,9%, dan BBCA melemah 5%.
Penurunan tersebut memicu kapitalisasi pasar saham bank turun yang berimbas terhadap penurunan indeks harga saham gabungan ( IHSG ) BEI dalam transaksi dua hari terakhir mencapai 3,81% menjadi 6.584. Sektor saham dengan penurunan terdalah adalah sektor energi sebanyak 7,37%, sektor keuangan 5,45%, dan sektor barang konsumsi sekitar 4,88%.
Dengan posisi kapitalisasi pasar saham BYAN naik ke peringkat dua terbesar, nilai kekayaan Low Tuck Kwong masih bertahan di peringkat teratas di Indonesia. Dengan kepemilikan 60,94% saham BYAN, kekayaan Low Tuck Kwong mencapai Rp 419,2 triliun.
Related News

Komisaris GPSO Priscilla Vikananda Lepas Seluruh Saham Miliknya

CBRE Pastikan Gelar RUPSLB pada 27 Oktober 2025

PNGO Bagikan Dividen Interim Rp130 Per Saham, Yield 5,35%

CNKO Klarifikasi ke BEI Terkait Pembekuan Izin Tambang Anak Usaha

Induk Asal Jepang Perdana Borong 36 Juta Saham SOSS

Pengelola Bioskop CGV (BLTZ) Beberkan Strategi Bisnis di 2026