EmitenNews.com - Pasar saham Indonesia pekan depan akan diwarnai sentimen negatif dari kondisi ekonomi global. Namun situasi makro di dalam negeri bisa menjadi katalis positif bagi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk melanjutkan tren kenaikan. "Ketidakpastian kebijakan Brexit, penurunan pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa dan China serta konflik dagang AS-China masih akan menjadi sentimen, sehingga volatilitas regional yang mempengaruhi IHSG masih bisa terjadi," kata Analis Senior PT KGI Sekuritas Indonesia, Yuganur Wijanarko, di Jakarta, Minggu (7/7). Menurutnya, proyeksi Bank Dunia yang menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 menjadi 5,1 persen dari 5,2 persen masih jauh lebih baik dari perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,3 persen. "Pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cukup baik di atas rata-rata dunia," tuturnya. Sementara itu, laju inflasi di dalam negeri masih menjadi katalis positif bagi IHSG . "Kami melihat faktor inflasi masih akan terkendali di level 3,5 persen tahun ini. Angka 3,5 persen masih di bawah angka pertumbuhan ekonomi sekitar 5-5,1 persen," kata Yuganur. Dia menyebutkan, pengeluaran konsumsi pemerintah di 2019 diperkirakan meningkat menjadi 5,4 persen dan belum ada rencana pemangkasan anggaran belanja, sehingga akan berdampak positif terhadap harga saham konstruksi infrastuktur. Namun demikian, menurut Yuganur, pelaku pasar tetap harus mewaspadai sentimen negatif dari defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) 2019 yang diperkirakan belum mampu turun signifikan. Yuganur menambahkan, sentimen positif dari program kerja pemerintah ada pada program Kredit Usaha Rakyat (KUR), sehingga akan mendorong harga saham perbankan di sektor mikro, seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Jatim Tbk (BJTM). Selain itu, positif juga bagi sektor pangan dan pertanian. "Pengembangan sistem delivery order online , prosedur ekspor otomotif dan pembangunan kawasan otomotif akan positif untuk saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)," kata Yuganur. (Romys)