EmitenNews.com - MarkPlus Tourism menggelar Strategic Discussion 2022 dengan tema Creative Tourism: Into Sustainable Destination. Diskusi strategis ini diadakan secara virtual dengan partisipasi praktisi mulai dari Kemenparekraf, Pemerintah Daerah, hingga para pelaku industri pariwisata kreatif.


Dengan tema tahun ini yaitu Creative Tourism, Taufik selaku Deputy Chairman MarkPlus, Inc melihat adanya urgensi untuk membangun pariwisata di Indonesia yang tak hanya melibatkan aktivitas satu arah, namun juga dua arah dari segi turis yang datang. Ia menilai aktivasi dari kehadiran turis pada destinasi wisata tak hanya jadi daya tarik, sekaligus menimbulkan self expression mulai dari learning, hingga engage dengan komunitas lokal melalui berbagai aktivitas.


Hal ini direspon baik oleh Wakil Gubernur Bali, yang kerap disapa Cok Ace "Bisa saja nanti ada kegiatan memetik anggur yang kemudian diolah menjadi wine, kira-kira bagaimana cara memanen dan mengangkut-nya bisa melibatkan para turis yang hadir", hal ini jadi gagasan creative tourism yang dapat diterapkan dan dianggap menarik, selain aktivitas-aktivitas turis lainnya yang kerap ditemui di destinasi wisata lainnya di Indonesia seperti mengumpulkan kerang, melepas kura-kura kecil ke lautan, hingga diolah menjadi atraksi.


Lain halnya dengan Jakarta Experience Board yang menjadi benchmark bagi kebangkitan creative tourism di Ibukota dengan adanya program-program seperti Jxlive, Jx Taste, Jxplore, Jxtore, Glxspace, Jxstay, dan Hospitality in Crisis. Program ini termasuk dalam strategi JXB yang kembali bangkit di tahun 2019 setelah 4 tahun berturut-turut merugi dengan strategi melibatkan wisatawan yang hadir melalui berbagai aktivitas yang dapat dinikmati di Ibukota.


MarkPlus Tourism juga menghadirkan Maulidan Isbar selaku perwakilan PUTRI (Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia) yang menyampaikan bagaimana Desa Wisata Jatisura mem-branding desa dengan makna unik, filosofis, melibatkan aktivitas masyarakat kepada turis, dan masih banyak lagi. Meski tidak dikelilingi mengajarkan wisatawan mengenai nilai-nilai dalam masyarakatnya, seperti budaya dan aktivitas harian.


Muhammad Neil El Himam, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif mengungkap bahwa dampak pandemi terhadap PDB Ekraf, yang mengalami peningkatan hanya aplikasi game developer, televisi, dan radio. Sementara 14 subsektor ekonomi kreatif lainnya tidak mengalami peningkatan. Bagaimanapun, angka ekspor ekonomi kreatif secara signifikan meroket pada tahun 2021 yang mencapai USD 24,15 Milyar atau tumbuh 27,31% dibandingkan dengan tahun 2020 yang hanya mencapai USD 18,97 Miliar.


Peningkatan ini sepatutnya dipertahankan dengan tetap mengindahkan faktor sustainability. “Sustainability menjadi dasar pariwisata masa kini dan masa depan yang terus akan kita kembangkan. Quality, sustainability, dan juga ekonomi kreatif menjadi kunci pengembangan masyarakat.”, buka Sandiaga Uno pada diskusi virtual, Rabu 9/3/2022.


Realisasi sustainable destination ini kemudian dipertegas oleh Wawan Rusiawan selaku Direktur Kebijakan Strategis Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf. Salah satu arah baru dalam pengembangan pariwisata kreatif saat ini adalah sustainability yang quality oriented.


Makna sustainable tourism tak terlepas dari tiga aspek, diantaranya People (Social Performance), Planet (Environmental Performance) dan Profit (Economic Performance). Tugas para pelaku industri untuk bisa mempromosikan destinasi wisata yang tak hanya menarik, tapi juga kreatif, dan sustainable.


Hal inilah yang kemudian dipertegas oleh Hermawan Kartajaya, selaku Founder & Executive Chairman MarkPlus, Inc. Guru marketing yang kerap disapa HK ini menilai pelaku tourism harus menyadari pentingnya entrepreneurship dan digitalisasi untuk memasarkan destinasi wisata.


Dengan konsep 3A’s Frame of Tourism Product yang terdiri dari Accessibility, Attraction, dan Amenities, Hermawan percaya pariwisata Indonesia mampu terus berkembang, Attractions adalah segala ciri khas pada tujuan wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Amenities adalah layanan dan fasilitas yang diperlukan untuk membuat wisatawan merasa nyaman saat berwisata, dan Access yaitu kemudahan yang didapatkan wisatawan termasuk mobilitas, layanan, informasi serta dimensi lainnya yang menjadi daya tarik wisatawan.


Jimmy B. Panjaitan selaku Direktur Utama Badan Otorita Danau Toba kemudian mengungkap beragam strategi pemasaran yang dilakukannya untuk mempromosikan Danau Toba. Di era digital, KOL (Key Opinion Leader) memainkan peranan signifikan bagi peningkatan angka wisatawan di Danau Toba. Mulai dari tokoh terkenal hingga influencer didatangkannya untuk meningkatkan awareness publik. “Sejak Jokowi hadir, kami buat Jokowi Point. Di titik itulah pengunjung mulai gunung, pantai, atau tempat bersantai lainnya, namun masyarakat Jatisura banyak yang tertarik untuk datang, selanjutnya kami sering undang Influencer”, jelas Jimmy.


Jimmy juga menyadari pentingnya diferensiasi destinasi. Baginya, kreativitas konten dan kontekstual jadi modal utama untuk membentuk komunitas digital. Melalui berbagai media promosi, tiap destinasi harus memiliki karakteristik yang unik dan menarik. Oleh karenanya peranan kaum muda termasuk Gen Z sangat diperlukan. “Anak muda saya rasa kurang panggung, padahal kreativitas dan jiwa kompetitifnya sangat diperlukan”.


Lebih lanjut, Taufik, selaku Deputy Chairman MarkPlus, Inc menilai untuk menarik wisatawan atraksi yang ditawarkan destinasi bisa lebih dari pemandangan, “Diantaranya termasuk aktivitas yang memungkinkan wisatawan untuk belajar, ini yang nantinya akan mengembangkan masyarakat lokal. Seperti di Desa Jatiwangi, menarik karena masyarakat lokalnya kreatif”


Lebih lanjut Ia menutup diskusi strategis hari ini dengan mengatakan “Peran lain yang juga penting yaitu dari teknologi untuk creative tourism, seperti pembuatan film. Ini yang membuat atraksi menjadi semakin kuat. Selain itu, akses juga penting. meski atraksi bagus tapi aksesnya sangat terbatas akan sulit juga mendatangkan banyak orang,” tambahnya.


Walaupun dengan infrastruktur dan anggaran yang terbatas, pariwisata kreatif hadir untuk dapat mengemas potensi wisata menjadi autentik. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan wisatawan untuk merasakan secara langsung kehidupan komunitas lokal melalui interpretasi yang menarik, bahkan wisatawan diberikan kesempatan untuk turut serta merancang aktivitas berwisatanya.