EmitenNews.com - Masalah serapan anggaran dan penggunaan produk dalam negeri mendapat sorotan Presiden RI Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), di Jakarta, Rabu (10/07/2024). Ia menyayangkan saat ini penggunaan produk dalam negeri oleh kabupaten dan kota baru masih sangat rendah.


“Penggunaan produk dalam negerinya masih 41 persen untuk kabupaten dan kota. Masih kecil. Artinya (selebihnya) berarti (masih menggunakan) produk-produk impor”, sesalnya.


Presiden mengingatkan bahwa sulit mengumpulkan penerimaan negara dari berbagai sumber seperti pajak, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), royalti, dan dividen.


“Ini perlu saya ingatkan; Beli produk-produk kita sendiri. Saya ingatkan, mengumpulkan anggarannya itu sangat sulit sekali. Jadi gunakan 100 persen untuk pengadaan barang dan jasa itu produk-produk dalam negeri”, tegasnya.


Untuk itu, Presiden menekankan kepada seluruh pemerintah daerah untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasanya.


Di awal sambutannya Presiden menyampaikan keberhasilan pemerintah menjaga laju pertumbuhan ekonmi dan inflasi di tengah berbagai tantangan dan hambatan. Ia juga menyoroti kenaikan World Competitiveness Ranking Indonesia yang naik menjadi posisi 27.


Untuk itu Presiden menekankan pentingnya kecepatan dalam pelayanan publik, mobilitas barang dan orang untuk memenangkan kompetisi antarnegara. Ia juga meningatkan bahwa ke depan tantangan akan semakin rumit dan semakin kompleks. Oleh sebab itu Presiden meminta daerah untuk adaptif dan berinovasi dalam mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.


“Persaingan antarnegara sekarang ini semakin ketat. Saya hanya ingin titip bahwa potensi-potensi yang ada di daerah itu harus dikembangkan, harus dikembangkan, baik dari sisi finance, dari sisi pangan, dari sisi energi, dari sisi industrinya, dari sisi teknologinya. Kalau daerah-daerah yang pemandangannya bagus, dari sisi turismenya, semuanya harus dikembangkan”, ucap Presiden.


Presiden memberikan contoh, negara Bhutan telah berhasil mengembangkan sektor pariwisata dengan pendekatan high value and low volume, sebuah model yang bisa diterapkan di Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah. Presiden juga menyoroti potensi wisata satwa liar yang dimiliki Indonesia, seperti Komodo, Banteng, Badak, dan Orangutan yang bisa menjadi sumber pendapatan daerah.(*)