Alarm Bahaya dari Sumenep, KLB Campak Tidak Pasti Kapan Berakhir

Ilustrasi suasana malam di kawasan Tugu Keris, di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Dok. Tribunnews.
EmitenNews.com - Alarm bahaya berbunyi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sejauh ini, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) setempat belum dapat memprediksi kapan status kejadian luar biasa (KLB) campak dicabut. Sedikitnya ada 20 orang meninggal terpapar campak.
Kepala Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Ellya Fardasyah, mengemukakan hal tersebut, seperti dikutip Ahad (14/9/2025).
Ellya Fardasyah menyebutkan, kasus baru campak terus bermunculannya di wilayahnya sehingga status KLB dinilai belum dapat dihentikan dalam waktu dekat.
“KLB memang menunggu sampai kasus reda,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Ellya Fardasyah, Jumat (12/9/2025).
Penurunan kasus menjadi faktor penentu apakah status KLB dapat segera dicabut atau perlu diperpanjang. Kalau sudah tidak ditemukan lagi campak, terjadi penurunan kasus, KLB bisa dipertimbangkan untuk diakhiri.
Satu hal, pelaksanaan vaksinasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI) belum mencapai target yang ditetapkan. Dari total sasaran 73.969 anak, capaian vaksinasi baru mencapai 56.800 anak atau sekitar 76,8 persen.
Masih ada lebih dari 17.000 anak yang belum divaksinasi, yang menjadi tantangan utama bagi pemerintah daerah setempat untuk segera mengakhiri status KLB. Dinkes P2KB telah mengajukan perpanjangan waktu vaksinasi karena belum memenuhi target.
Salah satu penyebab rendahnya capaian vaksinasi adalah adanya penolakan dari sejumlah warga. Hingga 11 September 2025, jumlah suspek campak di Kabupaten Sumenep tercatat sebanyak 2.782 orang. Dari jumlah tersebut, 2.688 pasien telah sembuh, sementara 20 pasien dilaporkan meninggal dunia.
Saat ini, 74 orang, mayoritas anak-anak, masih dirawat intensif. Rinciannya, 23 pasien dirawat di RSUD dr H Moh Anwar, 10 pasien di RSI Kalianget, dan 10 pasien di RSU Sumekar. Di RSIA Esto Ebhu, RSUD Abuya, dan RS BHC tidak terdapat pasien campak. Selain itu, 31 pasien masih menjalani perawatan di sejumlah puskesmas.
Kabupaten Pamekasan wilayah kedua kasus kematian campak tertinggi di Jatim
Sementara itu, United Nations Children's Fund (Unicef) menyebut Kabupaten Pamekasan, sebagai wilayah tertinggi kedua kasus kematian akibat campak se-Jawa Timur setelah Kabupaten Sumenep, Kamis (11/9/2025).
"Pamekasan urutan kedua setelah Sumenep," kata Health Specialist Unicef Indonesia Wilayah Jawa Timur, Armunanto.
Setelah penyelidikan intensif di lapangan, diketahui bahwa kasus kematian campak di Pamekasan bukan 6, tetapi ada lima anak.
Sementara itu, di Sumenep, angka kematiannya tertinggi di Jatim, yaitu 20 kasus. "Kalau Kabupaten Sampang hanya dua balita yang meninggal," katanya.
Armunanto mengatakan, semua pihak di Pamekasan harus bergotong royong untuk mengatasi peningkatan kasus campak. Semua balita harus mendapatkan perlindungan sehingga dipastikan aman dari virus campak.
Armunanto sengaja ke Pamekasan dalam rangka mengatasi adanya lonjakan kasus campak. Selama tiga hari, pihak Unicef sudah melakukan pendampingan dan analisis penyebab terjadinya lonjakan kasus campak di Pamekasan. "Namun di Pamekasan belum dinyatakan KLB."
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, Saifudin mengatakan, Dinkes sudah didampingi Unicef, Dinkes Provinsi Jatim, dan perwakilan dari Kemenkes dalam mengatasi campak. Salah satu penekanannya, imunisasi perlu ditingkatkan.
Related News

Selidiki Aliran Dana Kasus Korupsi Kuota Haji, PPATK Pasok Data KPK

KCN Ungkap Beton Laut Cilincing Proyek Pelabuhan Milik Pemerintah

Perbaikan Nasib Pengemudi Ojol, BAM DPR Dukung Tuntutan APOB

Siap Temui Kemendagri, DPRD Jabar Sepakati Evaluasi Aneka Tunjangan

Catat! Satgas PKH Juga Fokus Tagih Denda Perusahaan Penambang Ilegal

Enam Lembaga HAM Usul Bentuk TGPF Kerusuhan, Tunggu Keputusan Presiden