EmitenNews.com - PT Indonesia Transport & Infrastructure (IATA) melalui anak usaha yaitu PT Indonesia Air Transport (IAT) mendapat sertifikat operator pesawat udara. Itu didapat dari Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Menyusul sertifikat itu, IAT berwenang menyelenggarakan angkutan udara niaga sesuai petunjuk pengoperasian, dan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil berlaku. 


Selain itu, IATA selangkah lebih maju mewujudkan rencana untuk mengubah bisnis utama menjadi perusahaan investasi. Ya, IATA berencana mengubah bisnis utama menjadi perusahaan investasi. Di mana, investasi akan berada pada unit-unit bisnis masing-masing akan menjalani usaha pertambangan, infrastruktur, dan transportasi udara. 


Selanjutnya, IATA berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 Januari 2022 untuk meminta restu pemegang saham untuk berbagai aksi korporasi. Antara lain rencana perubahan kegiatan usaha utama, rencana pengalihan aset kepada IAT, anak usaha dengan kepemilikan 99,99 persen, dan rencana pengambilalihan 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama (BHIT). 


Sekadar diketahui dengan nilai transaksi USD140 juta, akuisisi tersebut telah mencakup sembilan IUP milik BCR berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Meliputi PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), dan PT Putra Muba Coal (PMC), keduanya sudah beroperasi dan aktif menghasilkan batubara dengan kisaran GAR 2.800-3.600 kkal/kg. BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta metrik ton (MT), sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing 83,3 juta MT, dan 54,8 juta MT.


PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), keduanya ditargetkan memulai produksi batubara pada 2022. Ditambah, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) sedang disiapkan untuk beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang. Tujuh IUP ini dinilai sangat prospektif, dengan estimasi total sumber daya lebih dari 1,4 miliar MT.


Selain itu, BCR yang telah didukung infrastruktur memadai seperti dermaga dan jalan angkut sepanjang 12 km, terus berupaya meningkatkan kapasitas produksinya dengan rencana pembangunan dermaga dan jalan angkut baru dalam waktu dekat.


Hingga akhir tahun ini, dengan target produksi 2,5 juta MTm, pendapatan BCR diperkirakan mencapai USD74,8 juta dengan EBITDA USD33 juta. Ke depan, BCR akan meningkatkan produksi menjadi 8 juta MT pada 2022. ”Rencana akuisisi BCR oleh IATA diyakini berdampak positif, dan nilai tambah untuk pemegang saham IATA. Saat ini, semua proses terkait tengah berjalan sesuai jadwal agar memenuhi target penyelesaian akuisisi pada semester pertama tahun 2022,” tutur Natassha Yunita, Head of Investir Relations IATA, seperti dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/12). (*)