EmitenNews.com - Bukalapak.com (BUKA) per 31 Maret 2024 berdamai dengan defisit Rp8,75 triliun. Nah, untuk memulihkan defisit saldo laba itu, perseroan telah mengembangkan strategi operasional, dan pemasaran secara komprehensif.

Caranya, dengan tetap berfokus pada tujuan jangka panjang untuk mencapai profitabilitas, dan pertumbuhan laba berkelanjutan. Perseroan menjalankan strategi specialty verticals dengan menitikberatkan pada peningkatan sumber daya, dan peningkatan efisiensi rantai pasokan. 

Dengan strategi itu, perseroan memfokuskan monetisasi pada kategori bisnis dapat memberi pendapatan lebih baik sehingga bisa memberikan nilai tambah lebih tinggi kepada konsumen tanpa harus memberikan subsidi berlebihan.
Mengenai strategi pemasaran, perseroan menerapkan program pemasaran melalui saluran online, dan acara offline agar dapat menjangkau seluruh target konsumen. Perseroan senantiasa memastikan ada viabilitas bisnis, dan ekonomi kerja (operational economics) untuk inovasi bisnis dilakukan perseroan.

Seiring perkembangan pesat teknologi e-commerce, perseroan menyadari pentingnya adaptasi, dan inovasi untuk tetap kompetitif di pasar terus berubah. Oleh karena itu, perseroan fokus dalam pengembangan teknologi terbaru relevan dengan e-commerce seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI), dan Generative AI.

Sejak 2017, perseroan telah menggunakan AI untuk mengembangkan berbagai lini bisnis, termasuk platform marketplace. Perseroan mengintegrasikan teknologi seperti search engine, recommendation engine, dan computer vision untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Selain itu, juga menggunakan teknologi Generative AI dalam pengembangan chatbot untuk dukungan pelanggan, asisten belanja, pemantauan media dan berita, marketing, dan lainnya. 

AI berperan penting meningkatkan semua aspek operasional perseroan. Mulai melindungi konsumen dari kegiatan penipuan, meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, hingga mengoptimalkan operasi internal. Dengan banyaknya manfaat penggunaan AI dalam kegiatan operasional, AI telah menjadi komponen krusial dalam meningkatkan efektivitas kinerja.

Sebagian besar kendala dihadapi dalam penerapan keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki keahlian, dan pengetahuan mendalam tentang teknologi AI. Mengingat kompleksitas teknologi AI ini, perseroan mengeluarkan biaya pelatihan, pengembangan karyawan untuk mengimplementasikan, dan memelihara sistem AI secara efektif. 

Per 31 Maret 2024, perseroan memiliki 1.466 karyawan, susut dari akhir 2023 sebanyak 1.815 karyawan. Lay-off karyawan itu, dilatari evaluasi terhadap kinerja operasional agar dapat memenuhi kebutuhan para pengguna, dan konsumen dengan lebih baik serta mengoptimalisasi kegiatan operasional. 

Sebagai bagian dari tindak lanjut atas hasil evaluasi itu, perseroan melakukan berbagai perubahan berbagai area, termasuk kebutuhan sumber daya manusia. Penyesuaian kebutuhan sumber daya manusia kali pertama pada 2019, keputusan itu mencerminkan kebutuhan untuk beradaptasi, dan tangguh dalam industri selalu berubah dalam waktu cepat. (*)