BEI Minta ADMR Beber Detail Operasi Tambang Tiga Anak Usaha

Lokasi tambang milik ADMR.
EmitenNews.com - PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk (ADMR) emiten batu bara milik Boy Thohir memberikan penjelasan resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait Stok Batu Bara dan Progres Tiga Anak Usaha Tambang.
Dalam surat tanggapan tertanggal 14 Oktober 2025 yang ditandatangani oleh Corporate Secretary ADMR, Mahardika Putranto, menjelaskan bahwa peningkatan persediaan batu bara metalurgi di dua entitas anak, PT Maruwai Coal (MC) dan PT Lahai Coal (LC), merupakan bagian dari strategi logistik operasional, bukan karena permintaan pasar yang belum terserap.
“Kenaikan volume produksi dilakukan untuk mengantisipasi kondisi Sungai Barito yang digunakan dalam pengangkutan batu bara metalurgi,” jelas Mahardika.
Perseroan menegaskan bahwa stok batu bara metalurgi tersebut tidak terkait dengan kebutuhan smelter aluminium milik PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), karena komoditas ini merupakan bahan baku industri baja, bukan aluminium.
ADMR menyampaikan bahwa kapasitas penyimpanan di stockpile dan area tambang milik MC dan LC dinilai memadai, baik di area Run of Mine (ROM) maupun pelabuhan. Untuk menjaga kualitas batu bara, perusahaan menerapkan kebijakan rotasi dan pemisahan stok berdasarkan jenis kualitas serta rutin melakukan monitoring kuantitas dan kualitas di lapangan.
Selain menjawab soal stok batu bara, ADMR juga menjelaskan perkembangan tiga anak usaha yang masih dalam tahap pengembangan operasi produksi, yakni PT Juloi Coal (JC), PT Kalteng Coal (KC), dan PT Sumber Barito Coal (SBC).
Ketiganya, kata Mahardika, saat ini masih melakukan kajian teknis dan eksplorasi lanjutan untuk mendukung rencana pengembangan terintegrasi wilayah tambang. “Kegiatan operasional komersial baru akan dilakukan setelah studi teknis dan eksplorasi tambahan rampung,” ungkapnya.
ADMR menambahkan, ketiga entitas tersebut telah memiliki seluruh izin utama, termasuk PKP2B, IUP Operasi Produksi, AMDAL, serta persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dari Kementerian ESDM.
Dalam laporan konsolidasian, total aset ketiga anak usaha tersebut mencapai USD26,65 juta (JC), USD2,15 juta (KC), dan USD2,17 juta (SBC). Komponen utamanya berupa biaya eksplorasi dan evaluasi sumber daya batu bara metalurgi, serta kas untuk keperluan operasional.
ADMR menyatakan tidak ada indikasi penurunan nilai (impairment) atas aset eksplorasi karena seluruh entitas masih aktif menjalankan kegiatan lanjutan.
Untuk rencana investasi ke depan, kegiatan eksplorasi tambahan akan dibiayai melalui kas internal perseroan setelah dilakukan tinjauan atas kebutuhan belanja modal (capital expenditure).
Manajemen mengakui bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam mempercepat operasi tiga konsesi tersebut adalah lokasi tambang yang terpencil serta keterbatasan infrastruktur pendukung.
Hingga surat tanggapan ini disampaikan, ADMR memastikan tidak terdapat informasi atau kejadian material lain yang dapat mempengaruhi harga saham maupun kelangsungan usaha perseroan
ADMR, pada perdagangan hari ini Selasa (14/10) naik 3,2 persen di level Rp1.415 per lembar. ADMR dalam sebulan terakhir naik 37,3 persen dari harga Rp1.030 pada 15 September 2025.
Dalam enam bulan ADMR naik 60,8 persen dari harga Rp880 pada 14 April 2025. Secara tahunan (YTD) ADMR naik 21,4 persen dari harga Rp1.165 pada 2 Januari 2025.
Related News

BEI Cabut Suspensi Saham FCA RAFI, Ini Alasannya

LOPI Ungkap Kontrak Baru Rp42,3M

OJK Setujui Pembubaran Dana Pensiun BATA

Saham DADA ARB Beruntun, Pengendali Lepas Jutaan Lembar

Direktur BRPT Jual-beli Saham, Kantongi Cuan Miliaran Rupiah

Aset & Utang Melejit di Semester I, Begini Penjelasan DKHH