EmitenNews.com - PT Shield On Service Tbk. (SOSS) mengungkapkan soal rencana penggabungan usaha dengan PT ALSOK Bass Indonesia Security Services (AB) usai diminta klarifikasi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Yoshinobu Nagao Direktur Utama SOSS menjelaskan, sinergi yang diharapkan dari merger tersebut mencakup efisiensi operasional, optimalisasi sumber daya, serta peningkatan produktivitas.

Dengan bergabungnya dua entitas ini, proses pengambilan keputusan diharapkan lebih cepat dan terkoordinasi, sekaligus menekan biaya dan memperkuat tata kelola korporasi.

“Penggabungan ini akan menghasilkan struktur organisasi yang lebih terpadu, lingkungan kerja kolaboratif, dan peluang pengembangan kompetensi karyawan di bawah standar manajemen ALSOK Group,” tulis Yoshinobu dalam suratnya kepada BEI.

Dijelaskan dalam jangka pendek, SOSS menargetkan tiga capaian utama pasca merger efektif pada 1 April 2026. Pertama, penyelarasan struktur organisasi dan sistem operasional.

Kedua, peningkatan efisiensi melalui penghapusan fungsi ganda dan konsolidasi kontrak pengadaan.

Ketiga, penguatan jaringan pasar dengan memanfaatkan basis pelanggan AB, terutama dari perusahaan Jepang dan multinasional.

Jika sinergi tidak tercapai sesuai harapan, SOSS menegaskan telah menyiapkan langkah antisipasi, termasuk evaluasi struktur organisasi, penyesuaian strategi bisnis, serta dukungan langsung dari ALSOK Co. Ltd. sebagai pemegang saham pengendali.

Yoshinobu juga mengungkapkan bahwa mereka telah memperoleh persetujuan tertulis atas rencana penggabungan dari dua kreditur utama, yakni PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Mizuho Indonesia. Sementara itu, PT ALSOK Bass Indonesia Security Services (AB) masih dalam proses diskusi dengan PT Bank SMBC Indonesia Tbk.

Tidak ada indikasi keberatan dari pihak kreditur lain hingga tenggat waktu 27 Oktober 2025, sesuai ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Dengan demikian, rencana merger dinilai tidak menemui hambatan berarti dari sisi kreditur.

ALSOK Co. Ltd., induk usaha dari AB sekaligus pembeli siaga, memastikan kesiapan dana internal untuk membeli saham pemegang saham yang menolak merger. Dana maksimal yang disiapkan mencapai Rp70,05 miliar, termasuk Rp66,85 miliar untuk pembelian saham SOSS dan Rp3,2 miliar untuk AB.

Harga pembelian ditetapkan Rp534 per saham SOSS dan Rp1.077.630 per saham AB, sesuai laporan valuasi dari KJPP DYR dan KJPP FDI.

SOSS juga mengakui bahwa saat ini kepemilikan saham publik (free float) masih di bawah ketentuan minimum BEI, yakni 3,16%, dan akan turun menjadi 2,59% setelah penggabungan. Manajemen menegaskan komitmen memenuhi aturan minimum 7,5% dengan menjual sebagian saham milik pemegang saham pengendali kepada publik.

“Target pemenuhan free float direncanakan terealisasi pada kuartal I tahun 2026,” tulis SOSS.

Meski AB mencatat rugi bersih Rp20,36 miliar per 30 Juni 2025, turun dari laba Rp2,19 miliar tahun sebelumnya, SOSS menilai kondisi tersebut tidak berdampak material terhadap merger. Rugi tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya karyawan, provisi piutang, dan biaya profesional terkait aksi korporasi.

Perseroan tetap yakin integrasi akan meningkatkan efisiensi jangka panjang, memperkuat posisi pasar, dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan.

Hingga saat tanggapan dikirim, SOSS menegaskan tidak ada perubahan jadwal indikatif, informasi material baru, atau kejadian penting yang dapat mempengaruhi kelangsungan usaha maupun harga saham perseroan