EmitenNews.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan pihaknya mengerahkan empat instrumen untuk menjaga dan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah suku bunga (BI Rate) yang bulan November ini dipertahankan di level 6 persen.


"Instrumen kedua adalah intervensi di pasar valuta asing, baik secara tunai maupun DNDF (Domestic Undeliverable Forward). Instrumen ketiga, mengoptimalkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) agar terjadi aliran modal masuk," paparnya usai memimpin Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (20/11/2024).


Sedangkan instrumen keempat adalah kordinasi dengan Menteri Keuangan untuk bersama-sama menjaga stabilitas Surat Berharga Negara (SBN). "Dimana BI melakukan pembelian di pasar sekunder, karena pembelian SBN di pasar primer tidak diperbolehkan lagi oleh undang-undang," ucap Perry.


Sepanjang bulan November ini, nilai tukar rupiah memang mengalami tekanan dari dolar AS. Disebabkan perkembangan politik di AS dan perkembangan konflik geopolitik, baik di Timur Tengah maupun antara Rusia dan Ukraina.


"Bulan November ini pengaruh dari globalnya memang luar biasa. Di domestik, korporasi juga masih jual dolar, tapi neraca perdagangan kita masih cukup bagus," kata Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.


Perdagangan Sertifikat Valas Bank Indonesia (SVBI), kata Destry, juga meningkat. Peningkatannya dari 3 miliar dolar bulan lalu, menjadi 3,4 miliar dolar AS di pertengahan bulan November.


"Itu artinya, keberadaan dolar AS masih cukup, ditopang cadangan devisa kita sebesar 151 miliar dolar. Jadi, secara fundamental masih cukup confidence dan kami akan terus berada di pasar untuk memberikan kepercayaan pada pasar," ujar Destry.


Saat ini, bukan hanya mata uang rupiah saja yang melemah tapi juga mata uang lainnya. "BI berharap pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini hanya temporer," katanya lagi.


Dari data BI, nilai tukar rupiah pada hingga 19 November 2024 melemah sebesar 0,84 dari bulan sebelumnya. Dibandingkan level akhir Desember 2023, rupiah depresiasi sebesar 2,74 persen.


"Pelemahan rupiah lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan Dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea. Mata uang tersebut masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26 persen, 5,83 persen, dan 7,53 persen," kata Gubernur BI.


Diyakini, nilai tukar rupiah ke depan diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. "Di antaranya dengan menjaga imbal hasil yang menarik, inflasi rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik," ujarnya.(*)