Bunga Turun Kerek Penyaluran Kredit, Kinerja Perbankan Tetap Solid?
Ilustrasi penyaluran kredit perbankan. FOTO-DOC Bank Indonesia
EmitenNews.com - Era suku bunga rendah diprediksi masih akan berlangsung dalam beberapa waktu ke depan. Salah satu alasannya adalah keputusan Bank Indonesia (BI) yang telah mempertahankan tingkat bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75% dalam tiga bulan terakhir.
Dalam keputusannya pada 19 November 2025, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, keputusan mempertahankan BI-Rate konsisten dengan fokus kebijakan jangka pendek pada stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk investasi portofolio asing dari dampak meningkatnya ketidakpastian global, dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini.
Sejalan dengan keputusan Bank Indonesia, suku bunga simpanan melanjutkan penurunan bertahap. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Rata-rata suku bunga deposito Rupiah (22 dma) industry perbankan turun 13bps ke level 3,85% (mtm; 31 Okt-25).
Sementara berdasarkan kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI), suku bunga pada KBMI 1 turun 10bps ke level 4,08%; KBMI 2 turun 21bps ke level 3,73%; KBMI 3 turun 12bps ke level 3,50%; sementara KBMI 4 turun 10bps ke level 3,91%.
Di sisi lain, suku bunga simpanan valas juga bergerak turun pascapenurunan FFR pada FOMC September dan Oktober 2025. Suku bunga valas industri perbankan turun 6bps ke level 1,82%. Sementara berdasarkan kelompok bank, suku bunga KBMI 1 turun 6bps ke level 1,67%, KBMI 2 turun 6bps ke level 1,81%, KBMI 3 turun 2bps ke level 2,17%, dan KBMI 4 turun 2bps ke level 1,77%.
Melalui Riset Perkembangan Pasar Keuangan per November 2025, LPS pun memprediksi Suku bunga simpanan Rupiah potensial melanjutkan penurunan secara bertahap. LPS menjelaskan, laju pergerakan suku bunga lintas KBMI cukup bervariasi dipengaruhi oleh faktor tekanan dari biaya dana dan upaya bank menjaga market sharenya. Selain itu, adanya potensi penurunan cost of fund (biaya dana) akan memberi ruang bagi penurunan suku bunga kredit ke depan.
Namun demikian, riset LPS itu menjelaskan adanya kenaikan suku bunga deposito valas pada beberapa bank potensial memengaruhi tren suku bunga tidak hanya di valas namun juga Rupiah. Namun laju penurunan suku bunga rentan tertahan jika terjadi respon kenaikan yang lebih luas di bank lain dan kemungkinan pengalihan “shifting simpanan” Rupiah domestik ke simpanan valas.
Bunga dan Laju Pertumbuhan Kredit
Seiring dengan penurunan biaya, perbankan diprediksi juga mulai berlomba-lomba menurunkan bunga kreditnya. Terlebih, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11,48% karena mendapat dukungan kebijakan pelonggaran likuiditas insentif kebijakan makroprudensial Bank Indonesia. Berdasarkan data LPS, likuiditas perbankan memadai, tercatat AL/NCD dan AL/DPK masing-masing berada di level 130,98% dan 29,47%, sementara rasio fungsi intermediasi (LDR) berada di level 84,26%
Melalui cara ini, perbankan bisa memperkuat intermediasinya dengan mendorong pertumbuhan kredit yang per Oktober 2025 baru mencapai 7,36% atau sedikit menurun dari posisi September 2025 sebesar 7,7%.
Nah, menyoal suku bunga kredit, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melihat laju penurunan pada September 2025. Di sini, rerata suku bunga kredit rupiah tercatat turun 50 bps untuk Kredit Investasi (Sep-25: 8,25%; Sep-24: 8,75%) dan turun 41 bps untuk Kredit Modal Kerja (Sep-25: 8,46%; Sep-24: 8,87%). Masih di periode yang sama dalam data OJK, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Umum Konvensional terdiri dari:
- SBDK Korporasi: 8,34%
- SBDK Ritel: 9,53%
- SBDK Menengah: 9,63%
- SBDK Kecil: 9,89%
- SBDK Mikro: 10,77%
- SBDK KPR: 9,35%
- SBDK Non-KPR: 11,35%
Adapun riset LPS memprediksi, perbaikan kondisi ekonomi ke depan diharapkan dapat mendorong permintaan kredit yang lebih kuat. Di sini, dukungan dari berlanjutnya kebijakan moneter akomodatif bank sentral diperkirakan dapat mendorong penurunan biaya dana dan memperkuat pertumbuhan kredit di akhir 2025. Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor produktif perlu dioptimalkan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Lebih lanjut, penempatan kas negara melalui simpanan ke perbankan diharapkan mendorong pertumbuhan DPK lintas kelompok bank dan penurunan cost of fund secara bertahap.
Kinerja Perbankan Solid
Optimisme serupa pun pernah disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae saat menyampaikan hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan IV-2025. Dalam SBPO itu, responden menunjukkan optimisme bahwa kinerja perbankan akan tetap solid hingga akhir tahun 2025. Survei dilakukan pada Oktober 2025 dengan melibatkan 102 bank dengan nilai aset mencapai sebesar 99,25% dari total aset seluruh bank umum pada September 2025.
Keyakinan tersebut tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan IV-2025 yang tercatat sebesar 66 (zona optimis). Ekspektasi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menjadi alasan utama responden menyatakan bahwa kinerja perbankan tetap baik didukung keyakinan bahwa perbankan cukup mampu mengelola risiko yang dihadapi.
Prediksi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menyebabkan Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada triwulan IV-2025 kembali ke level optimis yaitu sebesar 63. Hal ini terutama didorong oleh prakiraan akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik seiring penurunan BI Rate serta ditopang oleh penguatan nilai tukar Rupiah.
Related News
Sabet Lima Penghargaan BI, Bank Mandiri Tegaskan Peran Strategisnya
Keponakan Prabowo Masuk Jajaran TRIN, Tengok Posisinya!
Tagihan Macet Muncul, PTPP Hadapi Permohonan Pailit
Transaksi Makin Mudah, Bayar QRIS Bisa dengan Kartu Kredit BRI
Senyap! Batu Investasi Serok 161,89 Juta Saham PGJO
VICO Eksekusi Private Placement VINS Rp140 per Helai





