EmitenNews.com - PT Pertamina (Persero) menghadapi tantangan berat dalam lini bisnis kilang. Tantangan tersebut berasal dari kondisi crack spread yang sangat rendah. Crack spread adalah perbedaan antara harga bahan baku dengan produk yang dipasarkan. Dengan crack spread rendah, hasil dari penjualan produk menjadi lebih sedikit.

Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Migantoro mengungkap hal tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2025).

"Yang lebih menantang di bisnis kilang itu adalah kondisi global, crack spread kita sangat rendah. Crack spread adalah perbandingan antara biaya harga produk dibanding harga bahan baku," kata Wiko Migantoro dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2025).

Kondisi tersebut cukup menekan Pertamina. Apalagi, situasi ini akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Pertamina akan fokus membenahi kilang. Karena, kilang merupakan bagian dari ketahanan energi nasional.

"Ini akan menjadi fokus kita dalam perusahaan dalam membenahi kilang kita, mengingat kilang kita mau tidak mau jadi bagian ketahanan energi nasional," tuturnya.

Kapasitas kilang Pertamina mencapai 1 juta barel per hari. Pertamina sudah mampu memproduksi 100% Solar di dalam negeri, sedangkan gasoline seperti Pertalite cs baru 40 persen.

"Hari ini kapasitas kita bisa 1 juta barel oil per day. Kita mampu produksi 100% Solar, sedangkan gasoline 40%. Dan kita terus menunggu yang Kilang Balikpapan ini selesai, yang RDMP, untuk menambah produksi nasional," urai Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Wiko Migantoro. ***