Dihadapan Investor AS, OJK Paparkan Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Indonesia
"Dalam ekonomi digital, Indonesia akan menjadi nomor satu di Asia Tenggara, saya percaya itu. Saya rasa kontribusi transaksi pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 124 miliar dolar AS. Dan kami memiliki 17.000 pulau, kami adalah pusat sumber daya alam. Kami banyak berkembang dalam sektor pertambangan, pertanian, kelapa sawit, perikanan dan pariwisata," katanya.
Dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan, Wimboh menjelaskan bahwa OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di bidang green economy antara lain menerbitkan dokumen Taksonomi Hijau yang akan menjadi panduan aktivitas ekonomi yang melindungi lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Dalam lanjutan kunjungan kerjanya, Wimboh melakukan pertemuan dengan Timothy Geithner, mantan menteri keuangan Amerika Serikat pada periode pemerintahan Presiden Barack Obama. Timothy saat ini merupakan pimpinan lembaga investasi internasional yang sangat berminat melakukan investasi pada sektor jasa keuangan Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Wimboh menjelaskan bahwa OJK sangat mendorong investasi masuk ke industri jasa keuangan Indonesia untuk semakin memperkuat permodalan lembaga jasa keuangan, khususnya dalam rangka mempersiapkan transformasi digitalisasi dan penguatan kapasitas industri jasa keuangan menghadapi persaingan di tingkat global.
Wimboh dalam kesempatan di New York juga melakukan pertemuan dengan civitas akademika Columbia University, salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat, untuk menjajaki program-program pascasarjana yang ditawarkan kampus ini guna mendukung pengembangan kompetensi SDM OJK.
Menurutnya, pengembangan kapasitas SDM OJK sangat penting, karena perkembangan sektor jasa keuangan yang begitu pesat, seperti adanya inovasi digital, regulatory technology dan sustainable finance yang membutuhkan perspektif baru dalam implementasinya.
Wimboh juga berkesempatan untuk berdiskusi dengan Professor Charles W. Calomiris, yang merupakan profesor bidang lembaga keuangan di Columbia Business School, Columbia School of International and Public Affairs dan juga pakar khusus Finance and Growth in Emerging Markets di Columbia University.
Dalam diskusi tersebut dibahas mengenai perkembangan best practice regulasi lembaga keuangan di negara berkembang, khususnya menghadapi normalisasi kebijakan keuangan, moneter dan fiskal negara maju.
Related News
OJK Awasi Ketat Pinjol KoinP2P, Ini Alasannya
Pendapatan dan Laba JSPT Kompak Menguat per September 2024
IDX Gelar Ring the Bell for Climate & Closing Ceremony
IHSG Turun Tipis di Sesi I, ISAT, TLKM, ESSA Top Losers LQ45
Hasil Survei, BI Tangkap Sinyal Penghasilan Warga Bali Tumbuh Positif
BEI Pangkas Syarat NAB Pencatatan Reksa Dana Jadi Rp1M, Ini Tujuannya