Ditjen IKFT Gandeng ITB Kembangkan Pemurnian Silika dan Grafit
Ditjen IKFT bersama perwakilan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menandatangani kesepakatan untuk melaksanakan kajian teknologi spesifik, yakni pemurnian silika dan grafit
EmitenNews.com - Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin meluncurkan dua program prioritas nasional industrialisasi bahan galian non logam sejak tahun 2024. Program tersebut meliputi industrialisasi silika menjadi wafer silikon dalam rangka mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor dalam negeri serta industrialisasi grafit untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
Sebagai langkah nyata dari tindak lanjut program prioritas tersebut, tahun ini Ditjen IKFT bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) akan melaksanakan dua kajian teknologi spesifik. Pertama, penyusunan Kajian Teknologi Pengolahan dan/atau Pemurnian Silika menjadi Metallurgical-Grade Silicon Berbasis Sumber Daya Mineral Nasional. Kedua, Kajian Teknologi Pemurnian Grafit Alam dan Pengolahan Grafit Sintetis beserta Analisis Keekonomian untuk Implementasi Industri di Indonesia.
Lebih lanjut, penyusunan kajian ini dinilai penting karena Indonesia memiliki potensi besar pada komoditas silika dan grafit yang berperan strategis bagi industri masa depan. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian ESDM pada tahun 2025, ketersediaan (resources) sumber daya mineral silika di Indonesia baik dalam bentuk pasir silika/kuarsa, batu kuarsa, dan kuarsit mencapai 27 miliar ton dan cadangan (reserve) mencapai 7 miliar ton.
Sementara itu, ketersediaan grafit di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 31 juta ton (tereka dan terunjuk). Selain dari sumber mineral berupa grafit alam, grafit juga dapat diproduksi dari sumber daya potensial lainnya seperti kokas minyak bumi dan batubara.
“Silika ini banyak digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilir seperti ban, kaca, semen, dan semikonduktor, sedangkan grafit merupakan komoditas strategis bagi industri pelumas, elektronik, komposit, dan otomotif, dan dapat pula dibuat dari bahan berbasis karbon lainnya,” jelas Taufiek.
Di sisi lain, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. turut menyambut baik program kerja sama ini. “KKS ini menjadi wujud kehadiran Kampus ITB dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Saat ini ITB memiliki misi utama untuk menjadi universitas kelas dunia bereputasi global sekaligus tetap relevan bagi bangsa. Hal ini yang mendorong kami untuk jeli mencari potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah,” ujarnya.
Di akhir kegiatan, Taufiek mengapresiasi ITB atas komitmen dan kontribusi pada program ini. “Kami berharap kolaborasi ini mampu membuka ruang partisipasi aktif dari para akademisi dan peneliti untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan nasional. Kami percaya bahwa hasil kajian yang dihasilkan dari kerja sama ini akan menjadi landasan penting dalam perumusan kebijakan yang tepat sasaran dan berkelanjutan,” pungkasnya.(*)
Related News
R&I Pertahankan Rating Indonesia di BBB+ dengan Outlook Stabil
Gubernur Bank Sentral Anggota SEACEN Sepakat Perkuat Kolaborasi
Menkeu: Penempatan Rp200T di Bank Himbara untuk Bangun Ekspektasi
Harga Emas Antam Kembali Turun Rp15.000 per Gram
BTN Resmi Luncurkan Tabungan BTN - HKBP
Utang Pemerintah di Atas Rp9.000 Triliun, Purbaya Bagikan Strateginya





