EmitenNews.com - Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat. BI juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut. BI juga mencatat, inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.


Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono mengemukakan hal itu dalam rilisnya, Jumat (25/3/2022).


Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2022, perkembangan harga pada Minggu IV Maret 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,68 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, menurut siaran pers BI, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 1,24 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,68 persen (yoy).


Penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,11% (mtm), bahan bakar rumah tangga (BBRT) sebesar 0,7 persen (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06 persen (mtm). Kemudian, emas perhiasan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,05 persen (mtm), tempe sebesar 0,04 persen (mtm), cabai rawit, dan minyak goreng.


Setelah itu, sabun detergen bubuk/cair, angkutan udara dan jeruk masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), tahu mentah, daging sapi, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm). Lainnya, bawang merah, bawang putih dan gula pasir masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). 


Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode ini yaitu tomat sebesar -0,01 persen (mtm).


Mencermati perkembangan ekonomi yang berangsur pulih seiring dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19, BI menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik.


Indikator dimaksud BI itu adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut: Perkembangan Nilai Tukar 21 – 25 Maret 2022, pada akhir hari Kamis (24/3/2022), rupiah ditutup melemah terbatas di level (bid) Rp14.344 per USD. Lalu, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun di 6,69 persen.


Premi CDS Indonesia 5 tahun naik  ke level 94,38 bps per 24 Maret 2022 dari 85,47 bps per 18 Maret 2022, sejalan risk off di pasar keuangan global.


Berdasarkan data transaksi 21-24 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp3,13 triliun terdiri atas jual neto di pasar SBN sebesar Rp5,96 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,83 triliun.


Berdasarkan data setelmen sampai 24 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp29,87 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp24,44 triliun di pasar saham. ***