EmitenNews.com - Sektor manufaktur Indonesia konsisten mengalami ekspansi dalam 21 bulan berturut-turut pada Mei 2023 yaitu di level 50,3. Aktivitas manufaktur yang meningkat terutama didorong oleh naiknya aktivitas produksi serta aktivitas pembelian input.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan peningkatan sektor manufaktur tercermin pada tingkat penyerapan tenaga kerja bulan Mei yang merupakan capaian terbaik selama 6 bulan terakhir di level 50,6.
“PMI Manufaktur yang masih ekspansif dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang lebih baik, mencerminkan resiliensi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global yang masih berlanjut,” ujar Febrio di Jakarta, (7/6).
Namun demikian, Kepala BKF melihat pelaku usaha tampaknya mulai mengantisipasi transmisi dampak perlambatan ekonomi global ke domestik. “Untuk itu, perkembangan pertumbuhan permintaan domestik yang berkelanjutan perlu terus dijaga untuk mendukung aktivitas sektor manufaktur,” sambungnya.
Inflasi juga terus melanjutkan tren penurunan hingga Mei 2023. BPS menyebut inflasi pada Mei 2023 tercatat 4,0 persen (year on year/yoy), menurun dari April 2023 sebesar 4,3 persen (yoy) dan merupakan angka terendah sejak awal tahun.
Kepala BKF menyebut tren penurunan inflasi tersebut mencerminkan konsistensi Pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Perlambatan inflasi yang terjadi dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada seluruh komponen pembentuknya.
“Tren inflasi yang terus membaik perlu dijaga untuk mendukung daya beli masyarakat. Pemerintah juga akan terus mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi global serta menjaga optimisme dunia usaha,” kata Febrio.
Pemerintah melakukan upaya stabilisasi harga pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan. Hal ini tercermin pada pergerakan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) yang melambat ke 3,3 persen (yoy), lebih rendah dari April 2023 yang sebesar 3,7 persen (yoy).
Febrio memastikan pemerintah terus sigap dalam merespons dan mengantisipasi peningkatan harga lebih lanjut dengan berbagai upaya, seperti penambahan stok di pasar, fasilitasi distribusi, dan gelar pangan murah. Ke depan, Pemerintah telah bersiap untuk menghadapi risiko peningkatan harga pangan menjelang Hari Raya Iduladha serta potensi dampak elnino.
Tren perlambatan inflasi juga terjadi pada komponen inti dan administered price. Inflasi inti di bulan Mei tercatat sebesar 2,66 persen (yoy), lebih rendah dari April yang sebesar 2,83 persen (yoy). Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) kembali melambat dari 10,32 persen (yoy) di bulan April menjadi 9,52 persen (yoy) di bulan Mei.
"Terjaganya inflasi administered price menandakan upaya pemerintah yang cukup efektif dalam mengelola harga energi domestik dan tarif angkutan udara," ujar Kepala BKF.
Ia memastikan pemerintah akan terus konsisten dalam mengendalikan inflasi dengan berbagai upaya stabilisasi, antara lain dengan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi, serta mengantisipasi dampak gangguan cuaca dan risiko kekeringan. Koordinasi antarkementerian/lembaga di tingkat pusat dan daerah serta optimalisasi penggunaan APBN dan APBD juga terus diperkuat untuk mencegah terjadinya lonjakan harga.(*)
Related News
Pascapemilu, Investor Global Kembali Pindahkan Portofolionya ke AS
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya