EmitenNews.com - Indeks di bursa Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu kembali ditutup melemah.


Pelemahan indeks di bursa Wall Street terjadi akibat berlanjutnya koreksi pada saham sektor teknologi karena ekspektasi kenaikan suku bunga, meskipun saham sektor keuangan dan energi meningkat.


Yield US-Treasury dengan tenor 10 tahun berlanjut mengalami kenaikan pada level di atas 1,8%. Meningkat dari akhir tahun lalu yang berada di level 1,51%.


"Rilis dari FOMC minutes pada pekan lalu menjadi katalis akan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat dari perkiraan sebelumnya," kata analis Waterfront Sekuritas, Ratna Lim.


Data nonfarm payrolls yang lebih rendah dari estimasi juga menjadi faktor negatif.


Data nonfarm payrolls bulan Desember 2021 tercatat penyerapan tenaga kerja sebanyak 199 ribu, lebih rendah dari bulan sebelumnya 249 ribu dan dari perkiraan yang sebanyak 420 ribu. Namun tingkat upah per jam meningkat 0,6%, di atas perkiraan yang sebesar 0,4%. Tingkat pengangguran turun pada level 3,9% dari bulan sebelumnya 4,2% serta lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 4,1%.


Data ekonomi AS yang akan dirilis pada pekan ini diantaranya CPI, initial claims, PPI, retail sales, industrial production dan Michigan Sentiment.


IHSG pada perdagangan Jumat 7 Januari 2022 ditutup menguat 0,72% pada level 6701. Saham sektor energi membukukan penguatan terbesar.
Sedangkan saham sektor consumer cyclicals mengalami koreksi terbesar. Investor asing net buy Rp945,18 miliar.


Pada perdagangan hari ini IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran support 6650/6635 dan resistance 6737/6750. Adapun saham yang diunggulkan Waterfont Sekuritas adalah BBCA, ARTO, PTBA, BBRI, BBNI, INDF, CPIN, EMTK, HRUM, dan AKRA.(fj)