EmitenNews.com - Bumi Resources (BUMI) tengah menggodok kuasi reorganisasi. Itu penting untuk mengeliminasi defisit senilai USD2,28 miliar. Kalau skenario tersebut tidak meleset, emiten batu bara Bakrie Group itu, dapat menebar dividen sesuai regulasi. 

Perbaikan struktur ekuitas melalui penghapusan akumulasi rugi alias defisit dengan menggunakan saldo agio saham, merupakan selisih lebih antara setoran modal dengan nilai nominal saham. Dengan tanpa saldo defisit, perseroan dapat memberi dampak positif bagi para pemegang saham.

Yaitu, perseroan dapat membagi dividen sesuai peraturan berlaku sehingga akan meningkatkan minat, dan daya tarik bagi investor untuk memiliki saham perseroan. Menyusul kondisi posisi keuangan tanpa beban defisit masa lalu, perseroan diharap lebih mudah memperoleh pendanaan dalam pengembangan usaha. 

Selain itu, perusahaan dapat mendongkrak likuiditas perdagangan saham, nilai investasi bagi investor, dan nilai perseroan. Rencana itu, klaim perseroan telah memenuhi etentuan Peraturan IX.L.1. Di mana, nilai defisit mencapai 78 persen dari total modal disetor per 31 Desember 2024. Edisi 2023 defisit 80 persen dari total modal, dan periode 2022 defisit mencapai 81 persen dari modal disetor.

Selain itu, nilai defisit telah mencapai 10,17 kali dari rata rata laba tahun berjalan per 31 Desember 2024. Tahun 2023 mencapai 10,47 kali dari rata rata laba tahun berjalan. Tahun 2023 setara 10,52 kali dari rata rata tahun berjalan. Selain itu, laba bruto surplus 23 persen menjadi USD169 juta dari edisi 2023 senilai USD137 juta.

Perseroan berkeyakinan kuat industri batubara akan terus bertumbuh pada masa mendatang. Perseroan optimistis permintaan batu bara, untuk 5 -10 tahun ke depan masih akan melampaui pasokan global. Itu mengingat kemampuan energi terbarukan masih terbatas dalam menggantikan batu bara. Faktor itu, dipercaya dapat menjaga harga batu bara tetap tinggi untuk jangka menengah. 

Target produksi batu bara Indonesia pada 2025 mencapai 735 juta ton atau naik 3,52 persen dari proyeksi 2024 sebesar 710 juta ton, dengan proyeksi kebutuhan domestik 230 juta ton, dan 505 juta ton untuk ekspor. Harga batu bara diperkirakan akan cukup baik tahun ini, yang disebabkan keseimbangan energi global diprediksi butuh batu bara sebagai sumber energi alternatif. 

Perseroan melalui anak usaha bergerak bidang produksi batu bara, yaitu Kaltim Prima Coal, dan Arutmin Indonesia, memiliki total cadangan batu bara Joint Ore Reserves Committee (JORC) lebih dari 987 juta ton, sumber daya batu bara JORC lebih dari 4.395 juta ton,  dan kapasitas produksi 90 juta ton per tahun secara gabungan. Nah, dengan asumsi harga batu bara kurang lebih sama dengan kondisi harga batu bara saat ini, diperkirakan pendapatan perseroan tetap tinggi di masa mendatang. 

Nah, seluruh rencana itu, akan berjalan mulus kalau mendapat izin dari pemodal dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 Juni 2025. Peserta berhak ikut rapat harus terdaftar sebagai pemegang saham perseroan alias recording date pada 6 Mei 2025. (*)