Forum Dialog CAEXPO-CABIS 2025: Dorong Hilirisasi Sawit Indonesia

Indonesia menggelar Dialogue For China’s Green Policy II Indonesia di sela-sela China-ASEAN Expo (CAEXPO) dan China-ASEAN Business and Investment Summit (CABIS) 2025 di Nanning International Convention and Exhibition Center (NICEC), Guangxi.
EmitenNews.com - Indonesia menggelar Dialogue For China’s Green Policy II Indonesia di sela-sela China-ASEAN Expo (CAEXPO) dan China-ASEAN Business and Investment Summit (CABIS) 2025 di Nanning International Convention and Exhibition Center (NICEC), Guangxi. Acara yang diinisiasi Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) ini menjadi panggung strategis untuk memperkuat posisi sawit Indonesia sebagai komoditas hijau.
Forum dengan fokus pada hilirisasi, inovasi teknologi, dan akses pasar China—pasar utama yang menyumbang hingga 14% ekspor nasional pada semester I 2025 itu, dihadiri oleh para pemangku kepentingan kunci.
Termasuk Wakil Ketua Komite Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok Daerah Otonomi Zhuang Guangxi, Mr. Huang Junhua, yang menekankan sinergi bilateral Indonesia-China, serta Wakil Direktur Jenderal Kantor Anti-Penyelundupan Guangxi, Fu Jinming.
Dari sisi Indonesia, Konsul Jenderal RI di Guangxi, Ben Perkasa Drajat, dalam sambutannya menilai acara ini sebagai kelanjutan sukses dari edisi 2024, yang telah membuka peluang joint venture dan transfer teknologi.
Sebagai keynote speaker, Miftah Farid, Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kementerian Perdagangan (Kemendag), menyoroti tren ekspor sawit ke China yang tetap dominan meski menghadapi gejolak.
"Pada semester I 2025, China menyerap 1,74 juta ton minyak sawit Indonesia, atau 14% dari total ekspor nasional sebesar 12,4 juta ton senilai USD13,53 miliar. Kita tak boleh puas dengan volume semata. Hilirisasi dan praktik ramah lingkungan adalah kunci untuk bersaing di pasar global yang semakin ketat," ungkap Miftah dalam keterangannya Jumat (19/9/2025).
Sany Anthony, Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), melengkapi paparan dengan menekankan potensi sawit Indonesia yang mencapai produksi 52,76 juta ton pada 2024, meski ekspor keseluruhan turun 10% menjadi 29,5 juta ton akibat peningkatan konsumsi domestik untuk biodiesel B35-B40.
"Pasar China menuntut sertifikasi ISPO/RSPO. Ini peluang untuk kolaborasi ekspor, hilirisasi, dan nilai tambah," kata Sany, sambil menyebut penurunan ekspor ke China sebesar 42% pada 2024 (dari 7,73 juta ton di 2023 menjadi 4,48 juta ton) sebagai sinyal darurat diversifikasi.
Data Ekspor Sawit Indonesia: Tantangan dan Peluang Penurunan ekspor ke China pada 2024 dipicu oleh faktor harga CPO yang lebih tinggi dibanding minyak nabati alternatif, serta peningkatan konsumsi domestik biodiesel yang menyerap 9,4 juta ton sawit.
Proyeksi GAPKI untuk 2025 memperkirakan ekspor nasional turun lagi menjadi 27,5 juta ton, dengan stok akhir 2024 yang merosot 18% menjadi 2,57 juta ton.
Namun, trend positif muncul di semester I 2025, di mana nilai ekspor sawit naik 34,64% YoY menjadi USD17,28 miliar hingga Juni, didorong permintaan China dan India. (BeeN)***
Related News

BBM Tambahan Untuk SPBU Swasta, Pertamina Impor Berupa Base Fuel

Kasus Suap di Inhutani V, KPK Berpeluang Panggil Menhut dan Eks Menhut

Keracunan Massal MBG Bertambah, Istana Minta Maaf dan Siap Evaluasi

Cegah Monopoli, KPPU Minta Kebijakan Impor BBM Nonsubsidi Dievaluasi

Prabowo Perintahkan Danantara Bikin Prototipe PLTS Pedesaan

Taman Hutan Raya Mangrove Bali Diserobot, Ada Pabrik Milik WN Rusia